An Entity of Type: Thing, from Named Graph: http://dbpedia.org, within Data Space: dbpedia.org

De-Sukarnoization, also spelled de-Soekarnoization, was a purging policy that existed in Indonesia from the transition to the New Order in 1966 up to the beginning of the Reformation era in 1998, in which President Suharto intended to defame his predecessor Sukarno as well as lessen his presence and downplay his role in Indonesian history.

Property Value
dbo:abstract
  • اجتثاث السوكارنية (بالإندونيسية: De-Soekarnoisasi) هي سياسة من سياسات الانتقال إلى النظام الجديد الذي كان سوهارتو ينوي بها التشهير بأول رئيس إندونيسي سوكارنو، وتقليل حضوره في التاريخ الإندونيسي. (ar)
  • De-Sukarnoization, also spelled de-Soekarnoization, was a purging policy that existed in Indonesia from the transition to the New Order in 1966 up to the beginning of the Reformation era in 1998, in which President Suharto intended to defame his predecessor Sukarno as well as lessen his presence and downplay his role in Indonesian history. (en)
  • De-Soekarnoisasi (EBI: de-Sukarnoisasi) adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah Orde Baru di bawah Jenderal Soeharto untuk memperkecil peranan dan kehadiran Soekarno dalam sejarah dan dari ingatan bangsa Indonesia serta menghilangkan pengkultusan dirinya. Langkah-langkah tersebut dilakukan antara lain dengan jalan mengganti nama Soekarno yang diberikan pada berbagai tempat atau bangunan di Indonesia. Misalnya, Stadion Gelora Bung Karno diubah menjadi Stadion Utama Senayan, kota Soekarnopura (sebelumnya bernama Hollandia) diubah namanya menjadi Jayapura, dan Puncak Soekarno diubah namanya menjadi Puncak Jaya. Selain itu, pada saat Soekarno meninggal, keinginannya untuk dikebumikan di , Bogor tidak dipenuhi oleh pemerintah. Sebaliknya, Soekarno dikebumikan di Blitar, tempat tinggal kedua orang tua beserta kakaknya, Ibu Wardojo. Upaya-upaya lain yang lebih fundamental dilakukan dengan memperkecil peranan Soekarno dalam mencetuskan Pancasila serta tanggal kelahiran pemikiran yang kemudian dijadikan ideologi nasional pada 1 Juni 1945. Nugroho Notosusanto, yang merupakan sejarawan resmi Orde Baru dan yang sangat dekat dengan militer, mengajukan pendapat bahwa tokoh utama yang mencetuskan Pancasila bukanlah Bung Karno, melainkan Mr. Mohammad Yamin, pada tanggal 29 Mei 1945. Pendapat resmi inilah yang selalu dipegang selama masa Orde Baru, dan dicoba ditanamkan lewat program Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). (in)
dbo:thumbnail
dbo:wikiPageID
  • 49901963 (xsd:integer)
dbo:wikiPageLength
  • 3644 (xsd:nonNegativeInteger)
dbo:wikiPageRevisionID
  • 1119098539 (xsd:integer)
dbo:wikiPageWikiLink
dbp:wikiPageUsesTemplate
dcterms:subject
rdfs:comment
  • اجتثاث السوكارنية (بالإندونيسية: De-Soekarnoisasi) هي سياسة من سياسات الانتقال إلى النظام الجديد الذي كان سوهارتو ينوي بها التشهير بأول رئيس إندونيسي سوكارنو، وتقليل حضوره في التاريخ الإندونيسي. (ar)
  • De-Sukarnoization, also spelled de-Soekarnoization, was a purging policy that existed in Indonesia from the transition to the New Order in 1966 up to the beginning of the Reformation era in 1998, in which President Suharto intended to defame his predecessor Sukarno as well as lessen his presence and downplay his role in Indonesian history. (en)
  • De-Soekarnoisasi (EBI: de-Sukarnoisasi) adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah Orde Baru di bawah Jenderal Soeharto untuk memperkecil peranan dan kehadiran Soekarno dalam sejarah dan dari ingatan bangsa Indonesia serta menghilangkan pengkultusan dirinya. (in)
rdfs:label
  • اجتثاث السوكارنية (ar)
  • De-Sukarnoization (en)
  • De-Soekarnoisasi (in)
owl:sameAs
prov:wasDerivedFrom
foaf:depiction
foaf:isPrimaryTopicOf
is dbo:wikiPageRedirects of
is dbo:wikiPageWikiLink of
is foaf:primaryTopic of
Powered by OpenLink Virtuoso    This material is Open Knowledge     W3C Semantic Web Technology     This material is Open Knowledge    Valid XHTML + RDFa
This content was extracted from Wikipedia and is licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License
  NODES