Aksara silabis

jenis aksara yang melambangkan satu bunyi suku kata

Aksara silabus (serapan dari bahasa Latin: syllaba, artinya "suku kata") atau aksara suku kata adalah suatu sistem tulisan yang setiap simbolnya disebut silabogram, melambangkan suatu suku kata atau mora. Umumnya suatu silabogram atau huruf dalam aksara silabus melambangkan suatu bunyi konsonan yang diikuti oleh suatu bunyi vokal.

Aksara silabus sering berawal dari logogram yang disederhanakan, seperti aksara katakana dalam bahasa Jepang yang ditampilkan di sini. Di sebelah kiri adalah silabogram mutakhir, sedangkan huruf asalnya (ditandai dengan warna merah) dari aksara Tionghoa di sebelah kanan.

Bahasa yang menggunakan aksara silabus meliputi bahasa Yunani Mikene (Linear B), bahasa penduduk asli Amerika (Cherokee dan Cree), Vai dari Afrika, bahasa kreol Ndyuka (aksara Afaka), dan bahasa Yi di China.

Bahasa Jepang memakai dua aksara silabis secara bersama-sama yang disebut silabus, bernama hiragana dan katakana. Karena bahasa Jepang memakai suku kata KV (konsonan + vokall), maka aksara silabis tersebut cocok untuk menulis bahasa tersebut.

Perbedaan dengan abugida

sunting

Bahasa-bahasa dari Asia Selatan dan Tenggara (termasuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia) memiliki sejenis aksara berdasarkan suku kata yang disebut abugida. Dalam aksara ini (tidak seperti aksara silabis yang sesungguhnya) setiap lambang suku kata diawali dengan lambang konsonan dan diikuti oleh penanda vokal. Jika tidak diikuti oleh penanda vokal, biasanya konsonan tersebut dibaca sesuai dengan vokal dasar yang ditetapkan, misalnya dalam aksara Dewanagari, vokal dasarnya adalah [a].

Dalam bahasa Jepang, lambang untuk bunyi /ke/, /ka/, dan /ko/ adalah , , dan , tidak memiliki kesamaan sebagai lambang bunyi [k]. Berbeda dengan abugida, setiap konsonan diikuti oleh penanda vokal/tanda diakritik. Contohnya, dalam aksara Dewanagari, lambang untuk bunyi /ke, /ki/ dan /ko/ adalah के, कि dan को, dengan lambang mengindikasikan bunyi [ka].

Pranala luar

sunting


  NODES