Hubungan Indonesia dengan Mongolia
Hubungan Indonesia dengan Mongolia adalah hubungan bilateral luar negeri antara Indonesia dengan Mongolia. Hubungan bilateral ini dimulai pada 21 Desember 1956.[1] Mongolia memiliki kedutaan besar untuk Thailand di Bangkok yang juga terakreditasi untuk Indonesia serta konsulat di Jakarta dan Surabaya. Sedangkan Indonesia memiliki kedutaan besar untuk Republik Rakyat Tiongkok di Beijing yang juga terakreditasi untuk Mongolia.[2]
Indonesia |
Mongolia |
---|
Mongolia berencana untuk membuat sebuah Pusat Studi Indonesia, yang berlokasi di Universitas Nasional Mongolia. Institusi ini akan menjadi pusat pembelajaran untuk para mahasiswa Mongolia, profesor-profesor, dan rakyat umum yang ingin mempelajari berbagai aspek studi tentang Indonesia, termasuk bahasa, budaya, sejarah, politik, dan ekonomi.[3]
Kerjasama
suntingWakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, A.M. Fachir dan Sekretaris Negara yang juga bertindak sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Mongolia, Damba Gankhuyag, mengetuai bersama Rapat Pertama Komisi Gabungan untuk Kerjasama Bilateral (JCBC) antara Indonesia dengan Mongolia di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta, pada 21 Oktober 2015. Pertemuan bertujuan untuk mendiskusikan isu-isu bilateral kedua negara termasu 6 area yang diprioritaskan, yaitu: kemajuan demokrasi, hak asasi, pemerintahan dan aturan hukum yang baik; pertahanan dan keamanan; ekonomi dan perdagangan; pertanian dan pertambangan; sosial dan budaya; serta kerjasama di forum regional dan global.[4]
Ekonomi
suntingDi bidang perdagangan kedua negara setuju untuk memperkuat kerjasama ekonomi lewat promosi perdagangan dan investasi. Perdagangan bilateral terus meningkat mulai dari tahun 2012 dengan nilai US$6,59 juta, US$20,78 juta pada tahun 2013, hingga US$23,6 juta pada tahun 2014.[4]
Di sektor pertanian kedua negara setuju untuk memperkuat kerjasama yang menguntungkan kedua belah pihak pada area kedokteran hewan dan karantina, memperkuat promosi akses pasar untuk komoditas pertanian, dan juga kerjasama dalam pengembangan program pembangunan kapasitas.[4]
Sosial dan budaya
suntingDalam sektor sosial dan budaya kedua negara setuju untuk menggencarkan promosi pariwisata, sedangkan untuk memperbaiki hubungan orang-ke-orang, Indonesia mengundang partisipasi aktif anak-anak muda Mongolia untuk belajar di Indonesia lewat beasiswa untuk seni dan budaya.[4]
Kunjungan kenegaraan
suntingAda tiga presiden Indonesia yang telah mengunjungi Mongolia. Presiden pertama dari Indonesia, Sukarno, mengunjungi Mongolia pada tahun 1956, Presiden Megawati Soekarnoputri mengunjungi Mongolia pada tahun 2003, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi Mongolia pada bulan September 2012.[5]
Lihat juga
suntingReferensi
sunting- ^ "Peringatan 50 tahun Hubungan Diplomatik Republik Indonesia-Mongolia, Ulaanbaatar, 22 Desember 2006" Diarsipkan 2014-11-26 di Archive.is.
- ^ "Kementerian Luar Negeri - Kedutaan/Konsulat". Kementerian Luar Negeri Indonesia. Diakses tanggal 5 November 2015.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Utami, Rini (3 Mei 2013). Sari, Heppy Ratna, ed. "Universitas Mongolia akan dirikan pusat kajian Indonesia". ANTARA News. Diakses tanggal 5 November 2015.
- ^ a b c d "The First Meeting of JCBC Indonesia–Mongolia, Strengthening Cooperation in All Sectors" [Rapat JCBC Pertama Indonesia–Mongolia, Memperkuat Kerjasama di Semua Sektor] (dalam bahasa bahasa Inggris). Kementerian Luar Negeri Indonesia. 21 Oktober 2015. Diakses tanggal 5 November 2015.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Bagus BT Saragih (5 September 2012). "SBY arrives in Mongolia" [SBY tiba di Mongolia]. The Jakarta Post (dalam bahasa bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 5 November 2015.