Jembatan Akashi-Kaikyō

jembatan di Jepang
(Dialihkan dari Jembatan Akashi-Kaikyo)

Jembatan Akashi-Kaikyō (明石海峡大橋; Akashi Kaikyō Ō-hashi) adalah jembatan gantung (suspension bridge) di atas selat Akashi yang menghubungkan Maiko di kota Kobe dengan kota Awaji di pulau Awaji, Jepang. Jembatan tol Akashi-Kaikyo terlihat indah di waktu malam dengan gemerlap lampu-lampu beraneka warna, sehingga jembatan ini juga dikenal dengan nama Pearl Bridge (jembatan mutiara). Jembatan ini panjangnya 1990 meter dan merupakan jembatan terpanjang di dunia.

Jembatan Akashi-Kaikyō
Foto udara jembatan Akashi-Kaikyō
Pemandangan ke bawah dari menara jembatan

Sejarah

sunting

Sebelum Jembatan Akashi-Kaikyō dibangun, kapal feri merupakan satu-satunya sarana transportasi yang dipakai untuk menyeberangi derasnya selat Akashi. Pada tahun 1955, terjadi tabrakan akibat cuaca buruk di Laut Pedalaman Seto antara 2 kapal feri dengan korban 168 tewas yang sebagian besar anak-anak sekolah yang sedang studi wisata. Kemarahan masyarakat mendorong pemerintah Jepang untuk mulai merancang jembatan-jembatan yang menghubungkan pulau-pulau di Laut Pedalaman Seto, termasuk di antaranya jembatan gantung di atas selat Akashi. Pada mulanya, Jembatan Akashi-Kaikyō dirancang untuk dilewati kendaraan bermotor dan kereta api, tetapi pada saat proyek pembangunan diumumkan pada bulan April 1986 ternyata jembatan hanya untuk dilewati kendaraan bermotor saja (semuanya ada 6 jalur). Pembangunan fisik dimulai tahun 1988 dan jembatan dibuka untuk umum pada tanggal 5 April 1998 oleh Putra Mahkota Naruhito dan Putri Masako bersama dengan Menteri Konstruksi Tsutomu Kawara.[1]

Struktur

sunting

Jembatan terdiri dari 3 bentang dengan panjang keseluruhan 3.911 meter. Panjang bentang utama ialah 1991 meter, sedangkan panjang 2 bentang yang menuju ke darat, masing-masing 960 meter. Panjang bentang utama melar 1 meter akibat Gempa bumi besar Hanshin 17 Januari 1995, padahal sewaktu dibangun panjangnya cuma 1990 meter. Menara jembatan tempat kabel-kabel diikat, tingginya 300 meter di atas permukaan laut.

Jembatan dirancang agar bisa bertahan dari gempa bumi hingga 8,5 skala Richter, derasnya arus laut di Selat Akashi, serta tiupan angin kencang hingga kecepatan angin maksimum 286 km/jam.Insinyur perancangnya adalah Satoshi Kashima. Jembatan didesain dengan sistem gelagar rangka truss, dengan beban rencana tahan terhadap angin, gempa hingga magnitude 8.5, dan arus laut yang deras. Menara utama berdiri dengan tinggi 298,3 m di atas permukaan laut. Di menara jembatan terpasang 20 tuned mass damper sebagai peredam frekuensi resonansi dan juga saat gempa. Dua menara penyangga berdiri di atas permukaan laut dan jembatan dapat memanjang diakibatkan panas pada tiap hari. Struktur angkur dibuat dari bahan beton dimana disediakan disipasi akibat pemuaian beton. Kabel baja terdiri dari banyak kawat yang terdiri di dalamnya 36.830 untaian.[2][3]

Substruktur

sunting

Pondasi menara utama sedalam 50 m di bawah permukaan laut dengan metode kaison berbentuk lingkaran sebagaimana juga dipakai dalam konstruksi Jembatan Seto . Untuk mencegah adanya fenomena vortex (pusaran) di sekitaran pondasi, maka diberi kantung-kantung berisi kerikil dengan ketebalan hingga 10 m.

Konstruksi

sunting

Pekerjaan konstruksi dimulai pada Mei 1988 memakan waktu selama lebih kurang 10 tahun.

Total biaya pembangunan diperkirakan 5 miliar dolar AS yang diharapkan bisa balik modal dengan memberlakukan tarif tol yang mahal.

Kontraktor penyedia jasa Matsuo Bridge Co, Kawasaki Heavy Industries, Solétanche Bachy (pondasi angkur), Taisei Corporation. Sedangkan penanggung jawab perawatan jembatan saat ini Honshu-Shikoku Bridge Expressway Company Limited.

Tujuan wisata

sunting

Jembatan Akashi-Kaikyō mempunyai 2 buah taman untuk tujuan wisata yang letaknya berseberangan, satu di sisi Maiko dan satu lagi di sisi pulau Awaji.

Museum mengenai jembatan Akashi-Kaikyō terdapat di taman yang terletak di sisi Maiko. Wisatawan dapat naik ke atas jembatan untuk menyaksikan pemandangan laut selat Akashi. Taman Maiko (bahasa Jepang:舞子公園, Maiko kō-en)dapat dicapai dengan kereta JR dan kereta Sanyo Dentetsu.

Iluminasi

sunting

Serangkaian lampu dari tabung sinar katode berwarna dasar merah, hijau, biru menghiasi kabel-kabel utama yang menahan jembatan Akashi-Kaikyō. Desainer iluminasi bernama Ishii Motoko merancang warna-warni lampu pada kabel utama jembatan agar berubah-ubah sesuai jam, hari, dan musim. Warna lampu-lampu pada hari biasa: hijau di musim semi, biru di musim panas, merah di musim gugur, dan kuning di musim dingin. Warna-warni pelangi ditampilkan satu jam sekali sebagai penunjuk waktu, sedangkan setiap setengah jam sekali ditampilkan warna-warni batu mulia. Gemerlapnya lampu-lampu jembatan dapat dinikmati sampai jam 12 tengah malam. Sekali setahun untuk memperingati Gempa Bumi Hanshin, setiap tanggal 17 Januari jembatan Akashi-Kaikyō hanya menampilkan lampu-lampu berwarna putih tanda berduka.

Referensi

sunting
  1. ^ Cooper, James D. "World's Longest Suspension Bridge Opens in Japan". United States Department of Transportation – Federal Highway Administration. Diakses tanggal 14 February 2012. 
  2. ^ Akashi Kaikyo Bridge at everything2[rujukan terbitan sendiri]
  3. ^ Friedl, Jeffrey (December 9, 2008). "Heavy Lifting: Supporting the Longest Suspension Bridge in the World". Jeffrey Friedl's Blog. 

Pranala luar

sunting
  NODES
admin 1