Kidung Natal (bahasa Inggris: Christmas carol atau noël) adalah sejenis nyanyian pujian khusus (bahasa Inggris: carol atau hymn, = himne) dengan syair yang bertemakan Natal atau di Eropa juga berhubungan dengan musim dingin. Kidung-kidung ini biasanya dinyanyikan dalam waktu-waktu menjelang perayaan Natal.

Anak-anak menyanyikan Kidung Natal

Sejarah

sunting
 
Kidung bahasa Latin Personent hodie yang diterbitkan pada tahun 1582.

Lagu Kristen yang khusus digubah untuk menyambut Natal pertama kali muncul pada abad ke-4 di Roma. Kidung dalam bahasa Latin seperti Veni redemptor gentium, ditulis oleh Ambrosius, Uskup Agung Milan, merupakan pernyataan tegas doktrin teologis Inkarnasi melawan ajaran Arianisme. Corde natus ex Parentis (Diperanakkan dari Kasih Bapa) oleh penyair Spanyol Prudentius (m. 413) masih dinyanyikan di beberapa gereja hingga sekarang.[1]

Pada abad ke-9 dan ke-10, "Runtunan" ("Sequence") atau "Prosa" ("Prose") Natal diperkenalkan di biara-biara Eropa bagian utara, berkembang di bawah pimpinan Bernard dari Clairvaux menjadi runtunan stansa syair berirama. Pada abad ke-12 biarawan Paris, Adam dari St. Victor, mulai mengambil musik dari lagu-lagu populer dan memperkenalkan lagu-lagu yang mendekati Kidung Natal yang biasa didengar.

Pada abad ke-13, di Prancis, Jerman, dan terutama Italia, di bawah pengaruh Fransiskus dari Assisi muncul kebiasaan kuat mengembangkan lagu-lagu Natal populer dalam bahasa daerah.[2] Kidung Natal dalam bahasa Inggris muncul pertama kali pada tahun 1426 karya John Audelay (John Awdlay), pendeta di Shropshire, yang membuat daftar 25 "caroles of Cristemas" (Kidung Natal dalam bahasa kuno Inggris), kemungkinan dinyanyikan oleh kelompok-kelompok wassailing, yaitu pergi dari rumah ke rumah.[3] Lagu-lagu yang dikenal saat ini asalnya adalah lagu-lagu daerah untuk merayakan panen dan juga Natal. Di kemudian hari kidung-kidung ini mulai dinyanyikan di gereja dan lebih khusus dihubungkan dengan Natal.

Kidung-kidung menjadi populer setelah Reformasi Protestan di negara-negara yang mendukung gereja Protestan. Hal ini disebabkan reformasi Lutheran sangat mendorong penggunaan musik. Reformer terkenal seperti Martin Luther menggubah sejumlah kidung dan menghimbau penggunaannya dalam ibadah.[4]

"Adeste Fideles" (Kidung Jemaat 109: "Hai Mari Berhimpun"; bahasa Inggris: O Come all ye faithful) muncul dalam bentuknya sekarang ini sejak di pertengahan abad ke-18, meskipun syairnya kemungkinan berasal dari abad ke-13. Asal usul nadanya masih diperdebatkan.

Munculnya "God Rest Ye Merry, Gentlemen", "The First Noel" (NKB. 59: "Di Malam G'lap, Sunyi Senyap"), "I Saw Three Ships" dan "Hark the Herald Angels Sing" (KJ. 99: "Gita Sorga Bergema") dalam bentuk cetak adalah dalam Christmas Carols Ancient and Modern (1833) oleh William B. Sandys. Pengarang lagu seperti Arthur Sullivan membantu mempopulerkan kembali kidung-kidung ini, dan periode ini membangkitkan kidung-kidung favorit seperti "Good King Wenceslas" dan "It Came Upon the Midnight Clear" (KJ. 96: "Di Malam Sunyi Bergema"), sebuah kidung dari New England yang ditulis oleh Edmund H. Sears dan Richard S. Willis.

Sekarang kidung-kidung ini sering dipakai dalam ibadah kebaktian Kristen. Beberapa komposisi bermuatkan syair yang jelas-jelas tidak berunsur keagamaan, tetapi sering disebut sebagai "Kidung Natal". Misalnya, lagu abad ke-16 "A Bone, God Wot!" yang dinyanyikan saat minum-minum atau meminta minuman keras, dituliskan dalam "Cottonian Collection" di "British Library" sebagai "Kidung Natal".[5]

Sering sukar membedakan Kidung Natal dengan lagu Natal. Lagu-lagu seperti "White Christmas" dan "Blue Christmas" yang tidak berunsur keagamaan tidak tergolong "Kidung Natal" meskipun bertemakan Natal sebagai hari libur. Kamus Concise Oxford Dictionary mendefinisikan "carol" (yaitu Kidung Natal) sebagai "religious song...associated with Christmas" (lagu agamawi ... berhubungan dengan Natal". Sejumlah negara menganggap memainkan Kidung Natal sebelum bulan Desember atau setelah hari Natal membawa nasib buruk.

Penggunaan Kidung Natal di gereja

sunting

Hampir semua kidung-kidung Natal terkenal tidak dinyanyikan di gereja sampai pada pertengahan kedua abad ke-19. Hymns Ancient and Modern 1861–1874 memasukkan sejumlah kidung Natal. Isaac Watts, "bapa hymnody Inggris", menggubah "Joy to the World" (Kidung Jemaat 119: "Hai Dunia, Gembiralah") menjadi Kidung Natal populer meskipun diduga Watts tidak bermaksud untuk hanya menyanyikannya menjelang Natal.

Charles Wesley menulis syair paling sedikit tiga Kidung Natal, yang paling terkenal di antaranya aslinya berjudul "Hark! How All the Welkin Rings", kemudian disunting menjadi "Hark! the Herald Angels Sing" (KJ. 99: "Gita Sorga Bergema").[6] Pada tahun 1840 Felix Mendelssohn menulis sebuah nada dalam suatu kantata; William H. Cummings mengadaptasi nada ini untuk disesuaikan dengan syair Wesley dan kombinasi ini muncul pertama kalinya dalam "Hymns Ancient and Modern" pada tahun 1861.

"Silent Night" (KJ. 92: "Malam Kudus") berasal dari Austria. Pertama kalinya dimainkan di Nikolaus-Kirche (Gereja St. Nicholas) di Oberndorf bei Salzburg, Austria pada tanggal 24 Desember 1818. Mohr telah menggubah syair sebelumnya pada tahun 1816, tetapi pada Malam Natal membawanya kepada Gruber dan memintanya menggubah sebuah melodi dengan iringan gitar untuk dimainkan dalam ibadah gereja.[7] Terjemahan bahasa Inggris pertama kali diterbitkan dalam buku nyanyian gereja Metodis pada tahun 1871.

Peristiwa yang digambarkan dalam Kidung Natal

sunting
 
Kelompok musik band memainkan kidung Natal.

Selain dari Kelahiran Yesus dalam Kidung-kidung Natal juga digambarkan:

  • Pemberitahuan kelahiran, misalnya "Gabriel's Message"
  • Sensus Kirenius, disinggung dalam lagu "On a Day When Men Were Counted" karya Daniel Thambyrajah Niles (1964)
  • Pemberitaan pada para gembala, misalnya "While Shepherds Watched Their Flocks" (KJ. 95b: "Gembala Waktu Malam G'lap")
  • Pemujaan oleh para gembala, misalnya kidung dari Ceko "Nesem Vám Noviny" (diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris "Come, All Ye Shepherds"), lagu Latin "Quem pastores laudavere" (KJ. 116: "Yang Dipuji Kaum Gembala")
  • Bintang Natal, misalnya, "Star of the East", KJ. 131: "Hai Bintang Betlehem", KJ. 133: "Hai Bintang Timur"
  • Perjalanan Orang-orang Majus dari Timur dan Pemujaan oleh orang Majus, misalnya "We Three Kings" (KJ. 129: "Dari Timur, Jauh Benar")
  • Pembunuhan anak-anak kecil, misalnya "Coventry Carol"

Ada pula kidung yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada perayaan Natal tetapi tidak berhubungan dengan peristiwa Kelahiran Yesus. Misalnya:

  • "Good King Wenceslas", berdasarkan legenda mengenai Wenceslaus I, Duke Bohemia (Saint Wenceslaus) menolong orang miskin pada tanggal 26 Desember (yaitu hari peringatan Santo Stefanus)
  • "Ding Dong Merrily on High" dan "I Heard the Bells on Christmas Day", mengingatkan kebiasaan membunyikan lonceng gereja pada hari Natal

Lihat pula

sunting

Referenesi

sunting
  1. ^ Miles, Clement, Christmas customs and traditions, Courier Dover Publications, 1976, ISBN 0-486-23354-5, p.32
  2. ^ Miles, pp. 31-37
  3. ^ Miles, pp. 47-48
  4. ^ Article - Protestant music
  5. ^ A Bone, God Wot!
  6. ^ Dudley-Smith, Timothy (1987). A Flame of Love. London: Triangle/SPCK. ISBN 0-281-04300-0. 
  7. ^ BBC Religion & Ethics

Pranala luar

sunting
  NODES
Note 1