Malaikat

makhluk gaib yang dipercaya dalam agama dan mitologi

Malaikat (الْمَلٰٓئِكَةِ) berarti kekuatan. Secara etimologi, Malaikat berasal dari Bahasa Arab, yaitu bentuk jamak kata malak (ملك) yang berarti ‘kekuatan’ atau al-alukah (الألوكة) yang berarti tugas atau misi.

Malaikat Tertinggi Mikael mengenakan jubah dan cuirass Romawi dalam penggambaran abad ke-17 oleh Guido Reni
Hugo Simberg, 1903.
Schutzengel (bahasa Indonesia: Malaikat Pelindung). Lukisan yang menggambarkan malaikat pelindung yang melindungi dua orang anak; oleh Bernhard Plockhorst
Hubungan harmonis antara agama dan ilmu pengetahuan, lukisan pada langit Aula Marmer di Biara Seitenstetten (Austria) oleh Paul Troger, 1735
Alegori puisi, oleh François Boucher
Yakub bergulat dengan malaikat, oleh Gustave Doré pada 1855

Secara terminologi, Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah dari cahaya yang mempunyai kedudukan & tugas tertentu sesuai ketetapan & perintah Allah dengan dikaruniai kekuatan penuh untuk melaksanakannya.

Eksistensi keberadaan makhluk ini sama seperti Dewa dalam berbagai agama dan mitologi. Dalam kepercayaan dunia, malaikat sering digambarkan sebagai makhluk surgawi yang baik hati yang berperan sebagai perantara antara Tuhan atau Surga dan manusia.[1][2] Peran malaikat lainnya termasuk melindungi dan membimbing manusia, dan melaksanakan tugas-tugas dari Allah.[3] Dalam agama-agama Abrahamik, para malaikat sering dikelompokkan ke dalam hierarki, meskipun pengelompokkan seperti itu dapat bervariasi di antara sekte-sekte dalam setiap agama. Malaikat semacam itu diberi nama atau gelar tertentu, seperti Gabriel atau "Malaikat penghancur".[4] Istilah "malaikat" juga telah diperluas ke berbagai pengertian tentang roh atau figur yang ditemukan dalam tradisi agama lain. Studi teologis yang mempelajari tentang malaikat dikenal sebagai "angelologi". Malaikat yang diusir dari Surga disebut sebagai malaikat jatuh.

Dalam seni rupa, malaikat biasanya digambarkan memiliki bentuk manusia dengan keindahan luar biasa dan kadang-kadang androgini;[5][6] mereka sering diidentifikasi dengan simbol sayap burung,[7] lingkaran cahaya (halo),[8] dan cahaya terang.

Didalam Agama Islam Malaikat merupakan mahluk ciptaan Allah SWT selalu beribadah kepada Allah SWT, meyakini keberadaannya, termasuk rukun iman yang kedua, malaikat diciptakan memiliki tugas yang telah diberikan Allah SWT, ia tidak makan & tidak minum & juga tidak memiliki nafsu seperti manusia. Malaikat selalu taat kepada Allah SWT & juga tidak pernah membangkang terhadap Allah SWT[9].

Etimologi

sunting

Kata malaikat (الْمَلٰٓئِكَةِ) berarti kekuatan. Secara etimologi, Malaikat berasal dari Bahasa Arab, yaitu bentuk jamak kata malak (ملاك) yang berarti ‘kekuatan’ atau al-alukah (الألوكة) yang berarti tugas atau misi.

Dalam etimologi Arab, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang berasal dari Arab malak (ملك) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan ar-rasul.

Nama Malaikat

sunting

"Segala puji bagi Allah, pencipta langit & bumi. Yang menjadikan malaikat sebagal utusan-utusan (untuk mengurus berbagai masalah) yang mempunyai sayap. Masing-masing memiliki dua, tiga, & empat sayap. Allah menambahkan ciptaan-Nya apa yang di kehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS surat Al-Faathir ayat 1)

Muhammad SAW dalam sanad yang sahih. Berikut haditsnya "Aku melihat Jibril di sisi Sidratul Muntaha. Ia memiliki 600 sayap. Dari bulu sayapnya bertaburan permata dan batu-batu mulia." (HR Ahmad).

Hadits lain menjelaskan bentuk malaikat diceritakan Hafsh bin 'Umar: "Telah bercerita kepada kami Hafsh bin 'Umar telah bercerita kepada kami Syu'bah dari Al A'masy dari Ibrahim dari 'Alqamah dari 'Abdullah radhiallahu 'anhu tentang firman Allah Ta'ala pada QS an-Najm ayat 18 yang artinya ("Sungguh dia (Muhammad) telah melihat sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Rabbnya yang paling besar." Dia berkata, "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam melihat tikar berwarna hijau menutupi ufuk langit." (HR Bukhari).

Berikut tugasnya berdasarkan namanya yang perlu diketahui:

1. Malaikat Jibril Bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada Nabi & rasul, ia juga bertugas mengatur angin, memenuhi atau menahan hajat manusia, dan membawa rahmat bagi mereka yang menjaga kesucian saat sakaratul maut.

2. Malaikat Mikail tugasnya mengatur pembagian rezeki kepada makhluk Allah, seperti mengirim hujan & memberi kehidupan pada tumbuh-tumbuhan.

3. Malaikat Israfil Bertugas meniup terompet sangkakala pada saat datangnya hari kiamat.

4. Malaikat Izrail Sebagai pencabut nyawa manusia apabila sudah tiba ajalnya.

5. Malaikat Munkar Tugasnya menanyakan jin & manusia di alam barzah (alam kubur).

6. Malaikat Nakir Tugasnya menanyai manusia & jin dalam alam barzah. Malaikat Munkar & Nakir di alam kubur akan bertanya perihal tuhan, agama, nabi, kitab suci, kiblat dalam ibadah, saudara, pedoman hidup, jalan hidup, dan perilaku sehari-hari dengan bahasa yang digunakan ahli kubur ketika hidup di dunia.

7. Malaikat Raqib Tugasnya mencatat amal dan perbuatan baik manusia.

8. Malaikat Atid Tugasnya mencatat setiap amal dan perbuatan buruk yang dilakukan manusia.

9. Malaikat Malik Tugasnya menjaga pintu neraka. Ia bersifat keras dan tidak mempunyai rasa belas kasihan kepada penghuni neraka.

10. Malaikat Ridwan Tugasnya menjaga & mengawasi pintu surga. Malaikat Ridwan juga bertugas menyambut semua hamba Allah yang akan masuk ke dalamnya. Sikapnya lemah lembut dan sangat ramah saat mempersilakan orang-orang masuk ke dalam surga.

11.Hamalat al-‘Arsy Tugasnya 4 malaikat ini menjaga Al-Arsy semesta alam.

Agama Abrahamik

sunting

Malaikat diciptakan oleh Allah SWT terbuat dari cahaya (nur), berdasarkan salah satu hadist Nabi Muhammad SAW, “Malaikat telah diciptakan dari cahaya.”[10]

Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. Iman kepada malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui jumlahnya.

Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para nabi dan rasul. Malaikat selalu menampakkan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Ibrahim.

 
Penggambaran malaikat dalam miniatur Syiah (Persia, 1555)

Kepercayaan pada Malaikat (Islam) adalah dasar bagi Islam. Kata Al-Qur'an untuk malaikat ( ملك malak) berasal dari Malaka, yang berarti "dia mengendalikan", karena kekuatan mereka untuk mengatur urusan yang berbeda ditugaskan kepada mereka,[11] atau dari akar baik dari '-lk, l -'- k atau mlk dengan arti luas dari seorang "utusan", seperti dalam bahasa Ibrani (malʾákh) dan Bahasa Yunani (angelos). Tidak seperti bahasa Ibrani, istilah ini secara eksklusif digunakan untuk roh surgawi dari dunia ilahi, tetapi tidak untuk utusan manusia. Al-Quran merujuk pada utusan malaikat dan manusia "rasul" sebagai gantinya.[12]

Al-Quran adalah sumber utama untuk konsep Islam tentang malaikat.[13] Beberapa dari mereka, seperti Gabriel dan Mikhael, disebutkan namanya dalam Al Qur'an, yang lain hanya disebut oleh fungsi mereka. Dalam literatur hadis, malaikat sering ditugaskan hanya pada satu fenomena tertentu.[14] Malaikat memainkan peran penting dalam Isra Mikraj, di mana Muhammad bertemu beberapa malaikat selama perjalanannya di surga.[15] Malaikat selanjutnya sering ditampilkan dalam eskatologi Ilmu kalam, Ilmu kalam, dan filsafat Islam.[16] Tugas yang diberikan kepada malaikat mencakup, misalnya, mengkomunikasikan wahyu dari Allah, memuliakan Allah, mencatat tindakan setiap orang, dan mengambil Jiwa pada saat kematian.

Dalam Islam, seperti dalam Yudaisme dan Kristen, malaikat sering diwakili dalam Antropomorfisme yang dikombinasikan dengan gambar supernatural, seperti sayap, berukuran besar atau memakai benda-benda surgawi.[17] Al-Quran menggambarkan mereka sebagai "rasul dengan sayap — dua, atau tiga, atau empat (berpasangan): Dia [Tuhan] menambah Ciptaan sesuai keinginannya..." Karakteristik umum untuk malaikat adalah kebutuhan mereka yang hilang akan keinginan tubuh, seperti makan dan minum.[18] Kurangnya afinitas mereka terhadap keinginan material juga diekspresikan oleh ciptaan mereka dari cahaya: Malaikat belas kasihan diciptakan dari nur (cahaya dingin) yang bertentangan dengan malaikat hukuman yang diciptakan dari nar (cahaya panas).[19] Umat Islam umumnya tidak memiliki persepsi tentang penggambaran bergambar malaikat, seperti yang ditemukan dalam seni Barat.

Walaupun kepercayaan kepada malaikat-malaikat tetap salah satu dari Rukun Iman dalam Islam, namun tidak dapat ditemukan dogmatis angelologi dalam tradisi Islam. Meskipun demikian, para ulama telah membahas peran malaikat tertentu dalam Isra Mikraj, dan ayat-ayat Alquran. Bahkan jika mereka tidak dengan fokus diteliti, mereka telah ditampilkan dalam berbagai cerita rakyat, perdebatan filsafat dan Ilmu kalam. Sementara dalam Zaman Kejayaan Islam, meluasnya gagasan tersebut diterima sebagai kanonik, ada tendesi kontemporer para ahli untuk menolak banyak penelitian tentang malaikat-malaikat, seperti memanggil Malaikat Kematian dengan nama Azra'il.[20]

Ibnu Sina, yang memanfaatkan Emanasi Neoplatonisme dari Al-Farabi, mengembangkan hierarki angelologi Intellects, yang diciptakan oleh "Monad (filsafat)". Oleh karena itu, ciptaan pertama oleh Tuhan adalah malaikat tertinggi yang diikuti oleh malaikat agung lainnya, yang diidentifikasi dengan Intellek rendah. Selanjutnya, terdapat malaikat rendah atau "bola bergerak", di mana pada gilirannya, memancarkan Intelek lainnya sampai mencapai batas intelek, yang memerintah atas jiwa-jiwa. Akal kesepuluh bertanggung jawab untuk mewujudkan bentuk materi dan menerangi pikiran.[21][22]

Dalam Agama rakyat, masing-masing malaikat dapat dimunculkan dalam Ruqyah (ruqyah), yang namanya diukir dalam jimat.[23]

Beberapa Modernisme Islam telah menekankan interpretasi ulang metaforis dari konsep malaikat.[24]

Kristen

sunting

Malaikat adalah makhluk roh yang diciptakan oleh Tuhan yang ditugaskan Tuhan untuk beberapa tujuan khusus sesuai dengan rencana-Nya, baik untuk melayani Tuhan maupun untuk menolong orang-orang beriman.[25][26]

Kata "malak" atau malaikat berasal dari bahasa Ibrani מלאך, mal'akh, yang juga berarti "utusan". Kata ini di dalam TB diterjemahkan menjadi: Malaikat, malaikat, utusan, suruhan, orang-orang suruhan, bentara, pesuruh, dan raja.

Malaikat dalam Tanakh

sunting
 
Patung malaikat di sebuah kuburan di Metairie, Louisiana.

Istilah "malaikat" dalam Alkitab, מלאך ("malakh"), memiliki arti hanya ketika disebutkan bersama-sama dengan pengutusnya, yaitu YHWH sendiri, seperti misalnya dalam "malaikat YHWH", atau "malaikat Elohim".[27] Sebutan lainnya yang juga digunakan adalah "anak-anak Elohim".[28][29]

Malaikat disebut sebagai "penjaga".[30] Mereka disebut sebagai "tentara langit"[31] atau bala tentara "Elohim".[32]. "Bala tentara," צבאות Zebaot dalam gelar Yahuwah Zebaot, Elohim dari bala tentara surgawi, mungkin dihubungkan dengan para malaikat. "Bala tentara" ini dihubungkan pula dengan bintang-bintang, karena bintang-bintang dianggap terkait erat dengan para malaikat. Namun, YHWH membedakan diri-Nya dari para malaikat, dan karena itu orang-orang Ibrani dilarang Musa menyembah "bala tentara surga".

Sebelum munculnya monoteisme di Israel, gagasan tentang malaikat ditemukan dalam Mal'akh Yahuwah, malaikat YHWH, atau Mal'akh Elohim. Mal'akh Yahweh adalah penampakan atau perwujudan Yahuwah dalam bentuk manusia. Istilah Mal'akh Yahuwah digunakan secara berganti-ganti dengan Yahuwah.[33] Mereka yang melihat Mal'akh Yahuwah mengatakan bahwa mereka telah melihat Elohim.[34][35] Mal'akh Yahuwah (atau Elohim) menampakkan diri kepada Abraham, Hagar, Musa, Gideon, &c., dan memimpin bangsa Israel dalam tiang awan.[36] Frasa Mal'akh Yahweh mungkin merupakan sebuah sapaan sopan untuk sang Raja Ilahi; tetapi malah menjadi sarana untuk menghindari antropomorphisme, dan kemudian, saat para malaikat dikelompokkan, Mal'akh Yahweh berarti "malaikat berpangkat tinggi".

Penyamaan Mal'akh Yahuwah dengan Logos, atau Pribadi kedua dari Tritunggal, tidak ditunjukkan melalui acuan kepada kitab suci Ibrani, tetapi gagasan tentang pengidentifikasian Yang Ada dengan Elohim, namun yang dalam pengertian tertentu berbeda daripada-Nya, menggambarkan kecenderungan pemikiran keagamaan Yahudi untuk membedakan pribadi-pribadi di dalam keesaan Elohim. Orang Kristen berpendapat bahwa hal ini merupakan gambaran pendahuluan dari doktrin tentang Tritunggal, sementara orang Yahudi Kabalis mengatakan bahwa hal ini kemudian berkembang menjadi pemikiran teologis dan gambaran Kabbalah.

Setelah doktrin monoteisme dinyatakan secara resmi, dalam periode segera sebelum dan pada masa Pembuangan,[37][38] kita menemukan banyak gambaran tentang malaikat dalam Kitab Yehezkiel. Nabi Yehezkiel, sebagai nabi di Pembuangan, mungkin dipengaruhi oleh hierarkhi makhluk adikodrati di dalam agama Babel, dan mungkin oleh angelologi Zoroastrianisme, namun tidak jelas bahwa doktrin Zoroastrianisme ini sudah berkembang demikian awal.

Yehezkiel 9 memberikan gambaran yang terinci mengenai kerub (suatu jenis malaikat). Dalam salah satu penglihatannya Yehezkiel melihat 7 malaikat melaksanakan penghakiman Elohim atas Yerusalem. Seperti dalam Kitab Kejadian, mereka digambarkan sebagai "manusia"; mal'akh, karena "malaikat", tidak muncul dalam Kitab Yehezkiel. Belakangan, dalam penglihatan Zakharia, malaikat memainkan peranan penting. Mereka disebut kadang-kadang sebagai "manusia", kadang-kadang sebagai mal'akh, dan Mal'akh Yahuwah tampaknya menduduki tempat utama di antara mereka.[39]

Dalam masa pasca-Alkitab, bala tentara surgawi menjadi semakin terorganisasi.[40] Malaikat pun menjadi beragam, juga sudah mempunyai nama.

Malaikat jatuh

sunting

Pada mulanya semua malaikat diciptakan dalam kondisi baik, kudus dan tanpa cela.[41] Namun ada sebagian malaikat yang telah jatuh yaitu memilih untuk memberontak terhadap Elohim. Malaikat yang jatuh ini disebut sebagai setan, dan kemungkinan mereka dari golongan kerubim.[42]

Iman Bahá'í

sunting

Dalam bukunya Certitude Bahá'u'lláh, pendiri Iman Bahá'í, menggambarkan malaikat sebagai orang yang "telah menghabiskan waktu dengan api cinta Tuhan, dengan semua sifat dan keterbatasan manusia", dan telah "berpakaian sendiri" dengan atribut malaikat dan telah "diberkahi dengan atribut spiritual". 'Abdu'l-Bahá menggambarkan malaikat sebagai "konfirmasi Tuhan dan kekuatan surgawi-Nya" dan sebagai "makhluk yang diberkati yang telah memutuskan semua hubungan dengan dunia bawah ini" dan "dilepaskan dari rantai diri", dan "penyingkap Tuhan berlimpah rahmat ". Tulisan-tulisan Bahá'í juga merujuk pada Concourse on High, pembawa acara malaikat, dan visi Maid of Heaven dari Bahá'u'lláh.[43]

Setanisme

sunting

Kuil Setan sangat mempromosikan apa yang disebutnya "Setanisme sastra", gagasan Setan dan malaikat yang jatuh sebagai tokoh sastra dan metafora. Secara khusus, novel Revolt of the Angels karya Anatole France dipandang sebagai contoh dari tradisi ini. Di dalamnya, seorang malaikat pelindung bernama Arcade mengorganisir pemberontakan melawan surga setelah belajar tentang sains.

Zoroastrianisme

sunting

Dalam Zoroastrianisme ada tokoh-tokoh seperti malaikat yang berbeda. Misalnya, setiap orang memiliki satu malaikat pelindung, yang disebut Fravashi. Mereka melindungi manusia dan makhluk lain, dan juga memanifestasikan energi Tuhan. Amesha Spentas sering dianggap sebagai malaikat, meskipun tidak ada referensi langsung,[44] tetapi lebih merupakan emanasi Ahura Mazda ("Dewa Bijaksana", Tuhan); yang pada awalnya muncul secara abstrak dan kemudian dipersonalisasi, terkait dengan beragam aspek ciptaan ilahi.[45]

Neoplatonisme

sunting

Dalam komentar Proclus (abad ke-4, di bawah pemerintahan Kristen) tentang Timaeus dari Plato, Proclus menggunakan terminologi "malaikat" (aggelikos dan aggelos) sehubungan dengan makhluk metafisik. Menurut Aristoteles, sama seperti adanya penggerak utama spiritual,[46] demikian juga harus ada penggerak sekunder spiritual.[47]

Sikhisme

sunting

Puisi dari kitab suci para Sikh - Sri Guru Granth Sahib - secara kiasan menyebut seorang utusan atau malaikat maut, terkadang sebagai Yam (ਜਮ - "Yam") dan terkadang sebagai Azrael (ਅਜਰਾਈਲੁ - "Ajraeel"):

ਜਮ ਜੰਦਾਰੁ ਨ ਲਗਈ ਇਉ ਭਉਜਲੁ ਤਰੈ ਤਰਾਸਿ
Pemberitahu kematian tidak akan menyentuh kamu; dengan cara ini, kamu akan menyeberangi lautan dunia yang menakutkan, membawa orang lain menyeberang bersamamu.
- Sri Guru Granth Sahib, Siree Raag, First Mehl, p. 22.[48]
ਅਜਰਾਈਲੁ ਯਾਰੁ ਬੰਦੇ ਜਿਸੁ ਤੇਰਾ ਆਧਾਰੁ
Azraa-eel, Utusan Maut, adalah sahabat manusia yang memiliki dukungan Anda, Tuhan.
- Sri Guru Granth Sahib, Tilang, Fifth Mehl, Third House, p. 724.[49]

Dalam waktu yang sama, Sri Guru Granth Sahib berbicara tentang Chitar figuratif (ਚਿਤ੍ਰ) dan Gupat (ਗੁਪਤੁ):

ਚਿਤ੍ਰ ਗੁਪਤੁ ਸਭ ਲਿਖਤੇ ਲੇਖਾ॥
ਭਗਤ ਜਨਾ ਕਉ ਦ੍ਰਿਸਟਿ ਨ ਪੇਖਾ
Chitar dan Gupat, para malaikat pencatat yang sadar dan tidak sadar, menulis kisah semua makhluk fana, / tetapi mereka bahkan tidak bisa melihat para penyembah Tuhan yang rendah hati.
- Sri Guru Granth Sahib, Aasaa, Mehl Kelima, Panch-Pada, hal. 393.[50]

Namun, Sikhisme tidak pernah memiliki sistem malaikat secara literal, lebih memilih bimbingan tanpa seruan eksplisit pada tatanan atau makhluk gaib.

Esoterisme

sunting

Qabalah Hermetik

sunting

Menurut Kabala sebagaimana dijelaskan oleh Golden Dawn, ada sepuluh malaikat agung, masing-masing memerintah salah satu paduan suara malaikat dan sesuai dengan salah satu Sephirot. Ini mirip dengan hierarki malaikat Yahudi.

Pangkat Paduan Suara Malaikat Terjemahan Malaikat Tertinggi Sephirah
1 Hayot Ha Kodesh Yang Hidup Suci Metatron Keter
2 Ophanim Roda Raziel Chokmah
3 Erelim Yang berani [51] Tzaphkiel Binah
4 Hashmallim Yang bersinar, Yang kuning [52] Tzadkiel Chesed
5 Serafim Yang Terbakar Khamael Gevurah
6 Malakim Utusan, malaikat Raphael Tipheret
7 Elohim Makhluk Ilahi Uriel Netzach
8 Bene Elohim Putra-putra Elohim Michael Hod
9 Cherubim [53] Gabriel Yesod
10 Ishim Pria (makhluk mirip manusia, secara fonetis mirip dengan "api") Sandalphon Malkuth

Teosofi

sunting

Dalam ajaran Masyarakat Teosofis, para Deva dianggap hidup di atmosfer planet tata surya (Planetary Angels) atau di dalam Matahari (Solar Angels) dan mereka membantu memandu operasi proses-proses alam seperti proses evolusi dan pertumbuhan tanaman; penampilan mereka konon seperti api berwarna seukuran manusia. Diyakini oleh para Teosofis bahwa para deva dapat diamati ketika mata ketiga diaktifkan. Beberapa (tetapi tidak sebagian besar) deva awalnya menjelma sebagai manusia.[54]

Diyakini oleh para Teosofis bahwa arwah alam, unsur (gnome, undine, sylf, dan salamander), dan peri juga dapat diamati ketika mata ketiga diaktifkan.[55] Dipertahankan oleh para Teosofis bahwa makhluk-makhluk yang kurang berkembang secara evolusi ini belum pernah berinkarnasi sebelumnya sebagai manusia; mereka dianggap berada pada jalur evolusi spiritual yang terpisah yang disebut "evolusi deva"; pada akhirnya, ketika jiwa mereka maju saat mereka bereinkarnasi, diyakini mereka akan menjelma sebagai dewa.[56]

Ditegaskan oleh Teosofis bahwa semua makhluk yang disebutkan di atas memiliki tubuh eterik yang tersusun dari materi eterik, sejenis materi yang lebih halus dan lebih murni yang tersusun dari partikel yang lebih kecil daripada materi bidang fisik biasa.[56]

Brahma Kumaris

sunting

Brahma Kumaris menggunakan istilah "malaikat" untuk merujuk pada kondisi manusia yang sempurna atau lengkap, yang mereka yakini dapat dicapai melalui hubungan dengan Tuhan.[57][58]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ The Free Dictionary [1] retrieved 1 September 2012
  2. ^ "angels (Christianity)". ReligionFacts. 
  3. ^ [2]Augustine of Hippo's Enarrationes in Psalmos, 103, I, 15, augustinus.it (Latin)
  4. ^ Barker, Margaret (2004). An Extraordinary Gathering of Angels, M Q Publications.
  5. ^ "Definition of ANGEL". www.merriam-webster.com. Diakses tanggal 2016-05-02. 
  6. ^ "ANGELOLOGY - JewishEncyclopedia.com". jewishencyclopedia.com. Diakses tanggal 2016-05-02. 
  7. ^ Proverbio(2007), pp. 90–95; cf. review in La Civiltà Cattolica, 3795–3796 (2–16 August 2008), pp. 327–328.
  8. ^ Didron, Vol 2, pp.68–71
  9. ^ https://rasindonews.wordpress.com/2022/06/25/percaya-kepada-malaikat-merupakan-bagian-dari-rukun-iman-yang-dipercayai-oleh-seorang-muslim/
  10. ^ Hadits riwayat Imam Muslim.
  11. ^ Syed Anwer Ali Qurʼan, Hukum Dasar Kehidupan Manusia: Surat ul-Faateha ke Surat-ul-Baqarah (bagian 1–21) Penerbitan Syed 1984 University of Virginia Digitalisasi 22. Okt. 2010 p. 121
  12. ^ SR Burge Journal of Qur'anic Studies The Angels in Sūrat al-Malāʾika: Tafsiran P. 35: 1 Sep 2011. vol. 10, No. 1: hlm. 50–70
  13. ^ Stephen Burge Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik Routledge 2015 ISBN 978-1-136-50473-0 p. 23
  14. ^ Stephen Burge Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik Routledge 2015 ISBN 978-1-136-50473-0 hal. 79
  15. ^ Stephen Burge Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik Routledge 2015 ISBN 978-1-136-50473-0 hal. 29
  16. ^ Stephen Burge Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik Routledge 2015 ISBN 978-1-136-50473-0 hal. 22
  17. ^ Stephen Burge Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik Routledge 2015 ISBN 978-1-136-50473-0 pp. 97-99
  18. ^ Cenap Çakmak Islam: A Worldwide Encyclopedia [4 volumes] ABC-CLIO, 18.05.2017 ISBN 9781610692175 p. 140
  19. ^ Jane Dammen McAuliffe Encyclopaedia dari Qurʾān Volume 2 Georgetown University, Washington DC hal. 45
  20. ^ Stephen Burge Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik 2015 ISBN 978-1-136-50473-0 part 1.1 and 1.2.
  21. ^ Abdullah Saeed Islamic Thought: An Introduction Routledge 2006 ISBN 9781134225651 p. 101
  22. ^ Mark Verman The Books of Contemplation: Medieval Jewish Mystical Sources SUNY Press 1992 ISBN 9780791407196 p. 129
  23. ^ Patrick Hughes, Thomas Patrick Hughes Dictionary of Islam Asian Educational Services 1995 ISBN 978-8-120-60672-2 page 73
  24. ^ Guessoum, Nidhal (2010). Islam's Quantum Question: Reconciling Muslim Tradition and Modern Science. I.B. Tauris. ISBN 978-0-85773-075-6. 
  25. ^ "...karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia" (Kolose 1:16)
  26. ^ "Bukankah mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan?" (Ibrani 1:14)
  27. ^ "Pada waktu itu Tuhan akan melindungi penduduk Yerusalem, dan orang yang tersandung di antara mereka pada waktu itu akan menjadi seperti Daud, dan keluarga Daud akan menjadi seperti Allah, seperti Malaikat Tuhan, yang mengepalai mereka." (Zakharia 12:8)
  28. ^ "Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan." (Kejadian 6:4)
  29. ^ "Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap Tuhan dan di antara mereka datanglah juga Iblis." (Ayub 1:6)
  30. ^ "Kemudian dalam penglihatan yang kudapat di tempat tidurku itu tampak seorang penjaga, seorang kudus, turun dari langit;..." (Daniel 4:13)
  31. ^ "dan yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu;" (Ulangan 17:3)
  32. ^ "Jawabnya: “Bukan, tetapi akulah Panglima Balatentara Tuhan. Sekarang aku datang.” Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah dan berkata kepadanya: “Apakah yang akan dikatakan tuanku kepada hambanya ini?”" (Yosua 5:14)
  33. ^ Dengan membandingkan Kitab Keluaran]] 3:2 dengan Keluaran 3:4; dan Keluaran 13:21 dengan Keluaran 14:19
  34. ^ "Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!”" (Kejadian 32:30)
  35. ^ "Berkatalah Manoah kepada isterinya: “Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah.”" (Hakim-hakim 13:22)
  36. ^ "Lalu Malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api." (Keluaran 3:2)
  37. ^ "Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu." (Ulangan 6:4-5)
  38. ^ "“Kamu inilah saksi-saksi-Ku,” demikianlah firman Tuhan, “dan hamba-Ku yang telah Kupilih, supaya kamu tahu dan percaya kepada-Ku dan mengerti, bahwa Aku tetap Dia. Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi." (Yesaya 43:10)
  39. ^ "Berbicaralah mereka kepada Malaikat Tuhan yang berdiri di antara pohon-pohon murad itu, katanya: Kami telah menjelajahi bumi, dan sesungguhnya seluruh bumi itu tenang dan aman." (Zakharia 1:11)
  40. ^ Zakharia [3:9, 4:10]; dan yang pasti dalam Kitab Daniel
  41. ^ "Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu." (Yehezkiel 28:15)
  42. ^ "Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya." (Yeh. 28:14)
  43. ^ Smith, Peter (2000). "angels". A concise encyclopedia of the Bahá'í Faith. Oxford: Oneworld Publications. hlm. 38–39. ISBN 1-85168-184-1. 
  44. ^ Lewis, James R., Oliver, Evelyn Dorothy, Sisung Kelle S. (Editor) (1996), Angels A to Z, Entry: Zoroastrianism, pp. 425–427, Visible Ink Press, ISBN 0-7876-0652-9
  45. ^ Darmesteter, James (1880) (penerjemah), The Zend Avesta, Bagian I [3]: Buku Suci Timur, Vol. 4 , hlm. Lx-lxxii, Oxford University Press, 1880, di sacred-texts.com
  46. ^ Aristotle. Metaphysics. 1072a ff. 
  47. ^ Aristotle. Metaphysics. 1073a13 ff. 
  48. ^ "Sri Granth: Sri Guru Granth Sahib". srigranth.org. Diakses tanggal 24 May 2015. 
  49. ^ "Sri Granth: Sri Guru Granth Sahib". srigranth.org. Diakses tanggal 24 May 2015. 
  50. ^ "Sri Granth: Sri Guru Granth Sahib". srigranth.org. Diakses tanggal 24 May 2015. 
  51. ^ "Strong's Hebrew: 691. אֶרְאֵל (erel) – perhaps a hero". biblesuite.com. 
  52. ^ "Strong's Hebrew: 2830. חַשְׁמַל (chashmal) – perhaps amber". biblesuite.com. 
  53. ^ "Strong's Hebrew: 3742. כְּרוּב (kerub) – probably an order of angelic beings". biblesuite.com. 
  54. ^ Hodson, Geoffrey, Kingdom of the Gods ISBN 0-7661-8134-0—Has color pictures of what Devas supposedly look like when observed by the third eye—their appearance is reputedly like colored flames about the size of a human. Paintings of some of the devas claimed to have been seen by Hodson from his book Kingdom of the Gods:
  55. ^ "Eskild Tjalve's paintings of devas, nature spirits, elementals and fairies:". Web.archive.org. 21 November 2002. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 November 2002. Diakses tanggal 30 July 2012. 
  56. ^ a b Powell, AE Tata Surya London: 1930 Rumah Penerbit Teosofis (Garis Besar Skema Teosofi Evolusi) Lihat grafik "Lifewave" (lihat indeks)
  57. ^ Basava Journal, Volume 19. Basava Samiti, 1994 (Bangalore, India).
  58. ^ Kedamaian & kemurnian: kisah Brahma Kumaris: sebuah revolusi spiritual Oleh Liz Hodgkinson

Pranala luar

sunting
  NODES
Done 6
News 1
see 1