Paralimpiade

pertandingan olahraga internasional untuk orang yang memiliki disabilitas

Paralimpiade adalah ajang kompetisi olahraga internasional untuk atlet penyandang disabilitas. Beragam cabang olahraga yang dipertandingkan seperti pada Olimpiade termasuk, ski alpen, ski lintas alam, biathlon, sepeda, panahan, dan renang. Akan tetapi, peralatan olahraga untuk Paralimpiade telah dimodifikasi untuk disabilitas tertentu. Atlet Paralimpiade bertanding dalam enam kelompok disabilitas yang berbeda seperti amputasi, lumpuh otak, gangguan penglihatan, cedera tulang belakang, disabilitas intelektual, dan les autres (atlet dengan disabilitas yang tidak termasuk dalam kategori lain). Di dalam tiap kelompok tersebut, atlet akan dipisahkan lagi kedalam kelas-kelas berdasarkan jenis dan tingkat disabilitasnya. Atlet mungkin dapat di klasifikasi ulang pada kompetisi yang akan datang jika status fisik mereka berubah.[1]

Perbedaan utama antara Paralimpiade dengan Olimpiade terdapat pada peserta yang berpartisipasi di ajang tersebut. Paralimpiade hanya boleh diikuti atlet penyandang disabilitas saja, oleh karena itu cabang olahraga yang dipertandingkan juga berbeda, dengan beberapa cabang olahraga lainnya dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan atlet yang berlomba. Ajang Paralimpiade berada di bawah kendali Komite Paralimpiade Internasional (IPC). Berdasarkan kesepakatan Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan IPC, pelaksanaan Paralimpiade dihelat pada tahun yang sama dengan Olimpiade.[2]

Paralimpiade merupakan ajang olahraga terbesar kedua di dunia, yang dibuktikan dengan kenaikan jumlah peserta 10 kali lipat, dari 400 atlet di Roma (1960) menjadi 4237 atlet di London (2012), dan pertumbuhan yang luar biasa dengan 176 negara yang bertanding di Rio 2016.[3]

Gerakan Paralimpiade berawal dengan pemanfaatan fungsi rekreasi dan rehabilitasi dari olahraga untuk pasien penyandang disabilitas, yang berubah secara bertahap menjadi olahraga kompetisi yang pada akhirnya menjadi sebuah ajang olahraga tingkat elit, yaitu Paralimpiade. Filosofi Gerakan Paralimpiade adalah salah satu bentuk realisasi diri melalui olahraga kompetitif. Gerakan ini telah berkembang sepanjang 50 tahun terakhir menjadi sebuah puncak pencapaian atlet dengan disabilitas. Gerakan Paralimpiade hari ini diakui sebagai fenomena olahraga global, sebuah perayaan yang luar biasa dari aktivitas fisik kompetitif, yang mendorong banyak orang untuk berpartisipasi dan menjadi yang terbaik.[4]

Gambaran Umum

sunting

Atlet penyandang disabilitas adalah atlet yang memiliki kekurangan secara fisik dan/atau mental. Secara epistimologi, yang dimaksud penyandang cacat adalah mereka yang mengalami kelainan pada bentuk dan fungsi pada tulang, sendi, dan otot (serta kerja sama di antara ketiganya). Sementara itu menurut WHO terdapat 3 kategori definisi kecacatan, yaitu impairment (kondisi ketidaknormalan atau hilangnya struktur atau fungsi anatomi atau psikologis); disability (ketidakmampuan atau keterbatasan sebagai akibat adanya impairment untuk melakukan aktivitas dengan cara yang dianggap normal bagi manusia); dan handicap (keadaan yang merugikan bagi seorang akibat adanya impairment dan disability, mencegah individu tersebut dari pemenuhan peranan yang normal).[5]

Pada Paralimpiade, atlet dibagi kedalam kategori berdasarkan klasifikasi medik dan tingkat kemampuan olahraga. Misalnya, atlet tuna netra dibagi menjadi 3 tingkat klasifikasi (B1, B2, dan B3) berdasarkan tingkat penglihatannya. Atlet dengan lumpuh otak diklasifikasikan menggunakan skala 8 poin. Poin 1 mengindikasikan tidak ada mobilitas dan menggunakan kursi roda elektrik atau bermotor. Poin 8 mengindikasikan tingkat mobilitas tertinggi atau derajat lumpuh otak yang rendah.[6]

Paralimpiade merupakan padanan Olimpiade untuk atlet dengan disabilitas fisik atau gangguan penglihatan. Sedangkan, kompetisi padanan untuk individu dengan gangguan pendengaran adalah Deaflympics. Organisasi Olimpiade Spesial dan IPC merupakan organisasi olahraga bagi penyandang disabilitas yang diakui oleh IOC. Perbedaan utama antara gerakan Olimpiade Spesial dan Paralimpiade terletak pada tingkat kemampuan berolahraga atlet yang berpartisipasi serta disabilitas atlet yang sebenarnya. Individu yang terkualifikasi untuk mengikuti Olimpiade Spesial adalah mereka yang memiliki disabilitas intelektual, dan juga dapat memiliki disabilitas fisik dan sensoris lainnya. Olimpiade Spesial menggunakan sistem klasifikasi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan penampilan terdahulu. Sedangkan untuk dapat berpartisipasi di Paralimpiade seorang harus berasal dari salah satu enam kategori disabilitas, yang di antaranya juga termasuk disabilitas intelektual. Keduanya menyelenggarakan Pertandingan Musim Panas dan Dingin dengan siklus empat tahunan. Namun, Paralimpiade diadakan bersamaan dengan Olimpiade. Olimpiade Spesial musim dingin diadakan pada tahun setelah Olimpiade dan Paralimpiade musim panas, sedangkan Olimpiade Spesial musim panas diadakan pada tahun setelah Olimpiade dan Paralimpiade musim dingin.[7][8]

Paralimpiade Musim Dingin

sunting

Ide mengenai Paralimpiade musim dingin pertama kali diusulkan oleh delegasi Swedia pada rapat umum tahunan Organisasi Olahraga Internasional untuk Penyandang Disabilitas (ISOD) tahun 1974. Persiapan yang diperlukan hanya dalam waktu kurang dari 18 bulan, menghasilkan pertandingan berukuran cukup kecil, tetapi tetap dipuji sebagai sebuah kesuksesan. Pertandingan yang pertama hanya untuk atlet dengan amputasi dan gangguan penglihatan. Enam pertandingan Paralimpiade pertama berlangsung di Eropa, di mana olahraga musim dingin sangat berkembang dan olahraga musim dingin untuk atlet penyandang disabilitas pertama kali dimulai pada tahn 1950-an.[9]

Sejarah

sunting
 
Dr. Ludwig Guttmann.

Pada tahun 1904, George Eyser menjadi atlet dengan disabilitas (satu kaki palsu) yang pertama kali bertanding di Olimpiade dan memenangkan 6 medali emas. Dari tahun ke tahun, semakin banyak atlet dengan beragam disabilitas yang mulai berprestasi di berbagai cabang olahraga. Atlet penyandang disabilitas akan mendapatkan pertandingan Olimpiade mereka sendiri di kemudian hari.[10]

Pada periode setelah Perang Dunia II berakhir, Dr. Ludwig Guttmann (ahli bedah saraf dari Jerman) memanfaatkan fungsi rekreasi dan rehabilitasi dari olahraga untuk pasien penyandang disabilitas di Rumah Sakit Stoke Mandeville, Inggris. Beliau mulai memperkenalkan permainan seperti anak panah, snooker, bola pukulan, dan skittle di rumah sakit tersebut. Ia lalu memperkenalkan permainan bola jaring kursi roda, yang kemudian dikenal sebagai bola basket kursi roda. Panahan adalah olahraga yang selanjutnya diperkenalkan di Stoke Mandeville, karena berperan penting di semua area rencana rehabilitasi Dr. Guttmann. Pertandingan Stoke Mandeville pertama diadakan dengan demonstrasi panahan antara tim dari Rumah Sakit Stoke Mandeville dan Rumah Star dan Garter untuk Veteran Perang yang Terluka. Pertandingan tersebut bertepatan dengan upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas di London pada tanggal 29 Juli 1948, sehingga penyelenggaraannya paralel dengan Pertandingan Olimpiade. Peristiwa ini menjadi cikal bakal gerakan Paralimpiade yang dikultivasi oleh Dr. Guttmann. Dalam deklarasinya di tahun 1949, Dr. Guttmann berharap bahwa Pertandingan Internasional Stoke Mandeville dapat menjadi padanan Olimpiade bagi penyandang disabilitas.[4][7]

Pertandingan di Stoke Mandeville diselenggarakan dengan sukses, sehingga Dr. Guttmann memutuskan untuk mengadakannya setiap tahun. Semakin banyak jenis perlombaan yang ditambahkan tiap tahunnya, seperti perlombaan kursi roda dan renang. Pada tahun 1952, peserta dari negara Belanda ikut serta dalam pertandingan tersebut. Ketika Amerika Serikat mengirimkan timnya untuk berpartisipasi di tahun 1955, sudah ada 17 negara lain yang berkompetisi.[11]

Dr. Guttmann berperan penting dalam promosi kompetisi olahraga untuk atlet penyandang disabilitas, yaitu melalui pendirian Organisasi Pertandingan Internasional Stoke Mandeville. Beliau ingin menjadi lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas lainnya, sehingga ia terlibat dalam pembentukan organisasi yang melayani kebutuhan penyandang disabilitas selain dari mereka yang mengalami cedera tulang belakang, yakni Organisasi Olahraga Internasional untuk Penyandang Disabilitas (International Sports Organisation for Disabled / ISOD).[4]

Linimasa

sunting
 
Paralimpiade pertama tahun 1960 di Roma, Italia

Pertandingan Stoke Mandeville yang diadakan di Roma, Italia pada tahun 1960 merupakan ajang kompetisi sejenis Olimpiade yang pertama untuk atlet disabilitas. Nama ajang tersebut kemudian dikenal sebagai Pertandingan Paralimpiade Musim Panas pertama. Paralimpiade Musim Dingin pertama diselenggarakan pada tahun 1976 di kota Örnsköldsvik, Swedia.[12]

Paralimpiade 1964 berlangsung di Tokyo menggunakan perkampungan atlet dan fasilitas-fasilitas yang sama dengan Olimpiade. Pada pertandingan ini pertama kalinya atlet sungguh berlomba menggunakan kursi roda. Meksiko City tidak dapat menyelenggarakan Paralimpiade pada tahun 1968 karena permasalahan organisasi dan ketinggian lokasi, sehingga kota Tel Aviv, Israel bersukarela untuk menjadi tuan rumah. Pada pertandingan itu, Roberto Marson (Italia) memenangkan 9 medali emas dari 3 cabang olahraga yaitu renang, anggar, dan atletik. Paralimpiade 1972 diadakan di Hiedelberg, Jerman Barat karena tidak mendapatkan ijin untuk menggunakan perkampungan atlet dan fasilitas Olimpiade di kota Munich.[13]

Paralimpiade 1976 yang diadakan di Toronto, Kanada diwarnai dengan berbagai peristiwa seperti gangguan politis akibat keikutsertaan tim Afrika Selatan dan sejumlah atlet yang cenderung curang dalam evaluasi fisiknya. Arnhem, Belanda dipilih sebagai tuan rumah Paralimpiade 1980, setelah Moskwa menolak untuk mengadakannya. Paralimpiade 1984 dipecah menjadi dua bagian ketika Los Angeles menolak untuk menyelenggarakannya. Atlet tuna netra, atlet dengan lumpuh otak dan disabilitas selain atlet berkursi roda, berkompetisi di New York pada Juni 1984 di bawah pengawasan IBSA, CP-ISRA, dan ISOD. Sementara itu, atlet kursi roda bertanding dalam "Paralimpiade Kursi Roda Dunia ke-7 di Aylesbury, Inggris, pada tanggal 22 Juli - 1 Agustus 1984.[13]

Paralimpiade Musim Dingin 1980 diselenggarakan di kota Geilo, Norwegia dengan peserta berjumlah 229 atlet dari 18 negara yang bertanding dalam 3 cabang olahraga. Paralimpiade Musim Dingin 1984 yang diadakan di Innsbruck, Austria menjadi pertandingan pertama dengan partisipasi atlet lumpuh otak. Innsbruck kembali menjadi tuan rumah Paralimpiade Musim Dingin di tahun 1988, menggantikan Calgary yang sudah menggelar Olimpiade Musim Dingin. Paralimpiade ini menjadi pertandingan pertama yang mengadakan pawai obor.[14]

Paralimpiade Seoul 1988 diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara Paralimpiade Seoul yang bekerja sama dengan Panitia Penyelenggara Olimpiade Seoul, dan diikuti oleh 3.053 atlet dari 61 negara. Paralimpiade tidak selalu diadakan di kota yang sama dengan Olimpiade. Sejak tahun 1988, ajang Paralimpiade baru diadakan di tempat yang sama dengan ajang Olimpiade. Paralimpiade 1992 dikelola divisi khusus yang dibentuk oleh Panitia Penyelenggara Olimpiade Barcelona. Nama Komite Paralimpiade Internasional (IPC) digunakan secara resmi setelah Paralimpiade tersebut. Paralimpiade Musim Dingin pertama yang diadakan di kota yang sama dengan Olimpiade Musim Dingin pada tahun 1992, yaitu di Albertville, Prancis.[12][13][15]

Paralimpiade Musim Panas Atlanta pada tahun 1996 merupakan Paralimpiade pertama yang menyertakan atlet penyandang disabilitas mental. Paralimpiade Atlanta diikuti oleh lebih dari 3.100 atlet yang mewakili 103 negara, dan berhasil memecahkan 268 rekor dunia. Paralimpiade Musim Panas Sydney 2000 sangat diakui kesuksesannya, dengan jumlah tiket yang terjual dua kali lipat dari Paralimpiade Atlanta. Paralimpiade Sydney diikuti oleh 3.843 atlet dari 123 negara yang bertanding, dan memperebutkan 550 medali pada 18 cabang olahraga. Peningkatan partisipasi atlet tersebut menghasilkan lebih dari 300 rekor dunia dan rekor Paralimpiade. Setiap kompetisi baru akan meningkatkan standar keunggulan, dan dunia olahraga disabilitas siap melangkah lebih jauh dalam mengejar keunggulannya di tiap edisi pertandingan yang akan diselenggarakan.[6][13]

Paralimpiade Musim Dingin 2002 di Salt Lake City diikuti oleh 416 atlet dari 36 negara yang bertanding pada ajang ski alpen dan ski nordik, serta hoki es kereta luncur. Paralimpiade Musim Panas Athena 2004 diikuti hampir 4000 atlet yang mewakili 136 negara.[16] Paralimpiade Beijing 2008 diikuti oleh 4000 atlet dari 150 negara. Sejak Beijing 2008, pelaksanaan Olimpiade dan Paralimpiade menjadi tanggung jawab resmi panitia penyelenggara tuan rumah.[8][15] Paralimpiade Musim Dingin Sochi 2014 diikuti oleh 547 atlet dari 45 negara yang bertanding dalam lima cabang olahraga. Paralimpiade Sochi 2014 menjadi tahun pertama dinyalakannya Api Pusaka di Stadion Stoke Mandeville, Aylesbury, Inggris sebagai bagian dari pawai obor. Upacara tersebut akan dilakukan secara rutin di tiap Paralimpiade musim panas dan musim dingin yang akan datang. Paralimpiade Musim Panas Rio 2016 diikuti oleh 4.328 atlet dari 159 negara yang berkompetisi dalam 22 cabang olahraga.[14][17]

Paralimpiade Tokyo 2020 sempat ditunda selama setahun karena pandemi Covid-19, dan akhirnya digelar pada tanggal 24 Agustus - 5 September 2021. Paralimpiade Musim Panas ke-16 ini mempertandingkan 22 cabang olahraga, dengan 539 medali emas yang diperebutkan oleh sekitar 4.520 atlet dari 163 Komite Paralimpiade Nasional yang mewakili tiap negara. Dua cabang olahraga yang paling banyak memperebutkan medali di Paralimpiade Tokyo 2020 adalah atletik dan renang. Medali emas yang diperebutkan masing-masing sebanyak 167 dari cabang atletik, dan 146 dari cabang renang.[18][19] Paralimpiade Tokyo 2020 diselenggarakan dengan protokol Covid-19 yang hampir sama dengan Olimpiade Tokyo 2020, di mana terdapat lembaran-lembaran formulir dan aplikasi yang harus diperbaharui, pemeriksaan suhu harian, dan pencetakan sertifikat. Hal tersebut untuk menjamin perlindungan dan keamanan para atlet selama acara berlangsung. Atlet yang berpartisipasi juga tidak dapat saling bercengkrama dengan atlet dan pelatih lain selama kompetisi. Serta tidak ada penonton dan penggemar yang menyaksikan langsung di tempat pertandingan. Siklus perencaan pertandingan menjadi tidak seperti biasanya, karena terasa tidak ada waktu jeda dengan Paralimpiade Musim Dingin Beijing 2022, yang akan kembali berlangsung pada Maret 2022.[20]

Komite Paralimpiade Internasional

sunting
 
Kantor pusat Komite Paralimpiade Internasional di Bonn, Jerman

Komite Paralimpiade Internasional (bahasa Inggris: International Paralympic Committee, disingkat IPC) didirikan pada tahun 1989 dan berkantor pusat di Bonn, Jerman. IPC memiliki tujuan untuk mengelola pertandingan musim panas dan musim dingin sebagai badan pengatur global gerakan Paralimpiade. IPC berperan sebagai Federasi Internasional dari 9 cabang olahraga, mengawasi dan mengoordinasikan Kejuaraan Dunia yang relevan dan kompetisi olahraga disabilitas lainnya. Majelis Umum IPC tersusun dari 4 organisasi internasional olahraga disabilitas (ISOD), representasi olahraga Paralimpiade yang termasuk 10 olahraga yang dikelola IPC, 7 olahraga ISOD, 19 federasi olahraga Paralimpiade independen, Komite Nasional Paralimpiade (NPC), dan organisasi IPC regional.[15][17]

  • Organisasi internasional olahraga penyandang disabilitas:
    1. CPISRA (Cerebral Palsy International Sport and Recreation Association);
    2. IBSA (International Blind Sport Association);
    3. INAS-FID (International Sport Federation for persons with Intellectual Disability);
    4. IWAS (International Wheelcair and Amputee Sports Federation).[21]
  • Komite Paralimpiade Nasional (Bahasa Inggris: National Paralympic Committee/NPC) adalah konstituen nasional dari gerakan Paralimpiade sedunia. NPC tunduk pada kendali IPC, dan bertanggung jawab untuk mengatur partisipasi orang-orangnya dalam Paralimpiade. Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia adalah organisasi satu-satunya wadah keolahragaan penyandang disabilitas di Indonesia yang berwenang mengkoordinasikan kegiatan olahraga prestasi bagi penyandang disabilitas. Organisasi ini bertanggung jawab untuk memilih atlet dan mengelola tim atlet yang akan mewakili Indonesia di Paralimpiade dan pertandingan atletik internasional lainnya.[22]
  • Organisasi Regional: Komite Paralimpiade Afrika, Komite Paralimpiade Amerika, Komite Paralimpiade Asia, Komite Paralimpiade Eropa, dan Komite Paralimpiade Oseania.[21]

Sumber pendapatan terbesar IPC berasal dari biaya pemasaran dan penyiaran dari panitia penyelenggara Paralimpiade. Sponsor dan upaya penggalangan dana turut berkontribusi dalam pendapatan tersebut. Sisa pendapatan berasal dari biaya keanggotaan, hibah, proyek penyiaran, pendanaan proyek khusus, dan aliran pendapatan kecil lainnya. Berdasarkan laporan keuangan IPC tahun 2020, terjadi penurunan pendapatan sebesar 26,7% menjadi €19,3 juta oleh karena penundaan Paralimpiade Tokyo 2020 dan kompetisi olahraga lainnya akibat pandemi Covid-19. Pendapatan yang bersumber dari pemasaran, penyiaran, sponsors, dan penggalangan dana berjumlah €14,2 juta, dan masih berhasil mencetak sedikit keuntungan sebesar €15.329.[23]

Relasi dengan Komite Olimpiade International

sunting

IPC masih sedikit bergantung kepada IOC untuk finansial, logistik, dan dukungan politis yang menyangkut penyelenggaraan Paralimpiade, tetapi selain daripada itu IPC adalah organisasi independen.[17] Perjanjian resmi antara Komite Olimpiade Internasional dan Komite Paralimpiade Internasional (IPC) setelah terjadi kesepakatan pada 19 Juni 2001, yakni untuk melaksanakan Pertandingan Paralimpiade sekitar 2-3 minggu setelah penutupan Olimpiade di kota tuan rumah yang sama, menggunakan fasilitas yang sama pula, dan di bawah struktur manajemen panitia penyelenggara yang sama dengan Olimpiade. Saat ini, kota-kota yang menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah Olimpiade harus mengikutsertakan Paralimpiade dalam penawaran mereka, serta panitia penyelenggara Olimpiade dimandatkan oleh IOC untuk mengatur dan menyelenggarakan Paralimpiade. Perjanjian resmi ini telah diperpanjang sampai tahun 2032.[17] Perjanjian antara IPC dan IOC juga memasukkan kesepakatan bahwa IPC akan diwakili dalam komisi IOC yang mencakup isu-isu seperti evaluasi kota kandidat Olimpiade, koordinasi untuk Olimpiade, budaya dan edukasi Olimpiade dan atlet, dan kelompok kerja yang mengatasi wanita dan olahraga. IOC juga akan terus memberikan dukungan finansial untuk gerakan Paralimpiade.[13]

Nama dan Simbol

sunting
 
Bendera Paralimpiade dengan logo Agitos sebelum perubahan di tahun 2019.

Nama Paralimpiade diambil dari bahasa Yunani "para" ("di samping" atau "berdampingan") dan kata "Olimpiade", yang berarti bahwa Paralimpiade adalah suatu kompetisi yang diselenggarakan paralel dengan Olimpiade, dan menggambarkan bahwa kedua gerakan ini hidup secara berdampingan.[24]

Simbol Paralimpiade adalah logo Agitos, yakni 3 buah bentuk simetris yang berukuran sama, berwarna biru, merah dan hijau. Ketiga warna tersebut menggunakan warna yang sama dengan logo Cincin Olimpiade. Logo Agitos pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004, dan mengalami perubahan terakhirnya pada Oktober 2019.[25]

Bendera Paralimpiade memiliki latar belakang putih tanpa garis tepi, dengan Simbol Paralimpiade (Agitos) terletak di tengah bendera. Simbol Paralimpiade digunakan juga sebagai identitas Komite Paralimpiade Internasional. Lambang pada tiap pertandingan Paralimpiade juga menyematkan simbol Paralimpiade.[26]

Klasifikasi

sunting

Sistem klasifikasi pada Paralimpiade bertujuan untuk mempromosikan partisipasi olahraga oleh penyandang disabilitas dengan mengendalikan dampak keterbatasan pada hasil akhir kompetisi. IPC mengakui 10 kategori disabilitas yang memenuhi syarat dalam olahraga Paralimpiade, terbagi dalam 3 kelompok berbeda, yakni: a) gangguan fisik, terdiri dari jenis gangguan yang menyebabkan keterbatasan aktivitas yang bersifat biomekanik. Di antaranya ialah lima gangguan fungsi (kekuatan otot; rentang gerakan pasif; hipertonia, ataksia, dan atetosis) dan tiga gangguan struktur (defisiensi anggota gerak; perbedaaan panjang kaki; dan perawakan pendek); b) gangguan penglihatan, dan c) gangguan intelektual.[27]

Klasifikasi atlet dikelompokkan berdasarkan derajat keterbatasan aktivitas akibat dari gangguan disabilitasnya. IPC melakukan tiga langkah yang digunakan dalam menetapkan klasifikasi, yaitu: apakah disabilitasnya memenuhi syarat untuk olahraga tertentu, apakah disabilitasnya memenuhi kriteria kecacatan minimum olahraga, dan kelas olahraga yang paling tepat menggambarkan batasan aktivitasnya.[18]

Kategori

sunting

Kategori-kategori berikut ini berlaku untuk Paralimpiade musim panas maupun musim dingin.

  • Gangguan kekuatan otot: Kekuatan otot atau kelompok otot yang berkurangnya, dapat terjadi pada otot satu anggota badan atau bagian bawah tubuh yang disebabkan, misalnya, cedera tulang belakang, spina bifida, atau polio.
  • Gangguan rentang gerakan pasif: Rentang gerakan pada satu sendi atau lebih yang berkurang secara permanen, misalnya karena arthrogryposis. Hipermobilitas sendi, ketidakstabilan sendi, dan kondisi akut, seperti artritis, tidak dianggap memenuhi syarat.
  • Defisiensi anggota gerak: yakni tidak adanya keseluruhan atau sebagian tulang atau persendian sebagai akibat trauma, penyakit, atau defisiensi anggota badan bawaan (misalnya dismelia).
  • Perbedaan panjang kaki: Pemendekan tulang pada satu kaki karena kelainan bawaan atau trauma.
  • Perawakan pendek: yaitu berkurangnya tinggi badan saat berdiri karena dimensi abnormal tulang tungkai atas dan bawah atau batang tubuh, misalnya karena akondroplasia atau disfungsi hormon pertumbuhan.
  • Hipertonia: yakni peningkatan ketegangan otot yang tidak normal dan berkurangnya kemampuan otot untuk meregang, karena kondisi neurologis, seperti lumpuh otak, cedera otak, atau sklerosis ganda.
  • Ataksia: kurangnya koordinasi gerakan otot karena kondisi neurologis, seperti lumpuh otak, cedera otak atau sklerosis ganda.
  • Atetosis: umumnya ditandai dengan gerakan yang tidak seimbang, tidak disengaja, dan kesulitan dalam mempertahankan postur simetris, karena kondisi neurologis, seperti lumpuh otak, cedera otak, atau sklerosis ganda.
  • Gangguan penglihatan: melingkupi samar penglihatan yang dipengaruhi oleh kerusakan struktur mata, saraf optik atau jalur optik, dan atau korteks visual.
  • Gangguan intelektual: yakni keterbatasan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang ditunjukkan dalam keterampilan adaptif konseptual, sosial, dan praktis, yang dimulai sebelum usia 18 tahun.[15][27]

Tidak wajib bagi tiap cabang olahraga Paralimpiade untuk menyediakan sistem klasifikasi yang memenuhi semua kategori disabilitas tersebut. Tiap cabor Paralimpiade menentukkan kategori disabilitas yang memenuhi syarat untuk diberikan peluang bertanding di dalam aturan klasifikasi mereka. Sebagian cabang olahraga memberikan peluang bertanding untuk semua jenis kategori, namun cabang olahraga yang lain hanya spesifik untuk satu jenis kategori tertentu (bola gawang yang dikhususkan bagi atlet dengan gangguan penglihatan) atau beberapa pilihan kategori (seperti berkuda dan balap sepeda).[3][27]

Sistem klasifikasi untuk olahraga disabilitas pada umumnya terdiri dari klasifikasi medis dan klasifikasi fungsional. Klasifikasi bertujuan untuk memberikan peluang dan aturan yang sehat guna memungkinkan kompetisi yang adil antara orang-orang dengan berbagai jenis disabilitas. Klasifikasi medik memeriksa disabilitas minimum dan tidak memperhatikan kemampuan fungsional atlet. Contohnya ialah tingkat ketajaman visual pada atlet tuna netra, tingkat cedera tulang belakang, dan lokasi amputasi. Evaluasi seperti ini memberikan titik awal yang setara secara medis untuk kompetisi. Sistem klasifikasi fungsional mengidentifikasi bagaimana seorang atlet melakukan keterampilan olahraga tertentu. Sistem fungsional menggabungkan informasi medik dengan informasi kinerja atlet untuk mengevaluasi keterampilan khusus olahraga pada atlet dan kondisi medik yang diperlukan saat pertandingan. Pengamatan dilakukan ketika olahragawan berlatih dan kemudian dalam kompetisi. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini termasuk pengklasifikasi individu, pengklasifikasi medis, pengklasifikasi teknis, kepala pengklasifikasi, kepala klasifikasi, panel klasifikasi dan komite klasifikasi. Pengklasifikasi pada umumnya terdiri dari dokter, terapis fisik, terapis okupansi, dan ahli lain di bidang kinesiologi dan disabilitas, dan mereka telah memiliki sertifikasi tingkat lokal, nasional, atau internasional.[8][28]

Cabang Olahraga

sunting
 
Boccia pada Paralimpiade Beijing 2018.

Olahraga disabilitas atau parasport adalah olahraga yang dimainkan oleh penyandang disabilitas, baik disabilitas fisik maupun intelektual. Banyak olahraga disabilitas didasarkan pada olahraga yang ada, yang kemudian dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan penyandang cacat, disebut juga sebagai olahraga yang disesuaikan. Namun, ada beberapa olahraga yang secara khusus dibuat untuk penyandang disabilitas yang tidak memiliki padanan dalam olahraga non-disabilitas.[28]

Sebanyak 15 dari 19 cabang olahraga Paralimpiade setara dengan cabang olahraga pada Olimpiade. Olahraga Paralimpiade yang unik ialah Boccia untuk atlet dengan lumpuh otak, bola gawang untuk atlet tuna netra, serta angkat berat dan rugbi untuk atlet berkursi roda.[16]

Musim panas

sunting

Cabang olahraga yang dipertandingkan pada Paralimpiade Tokyo 2020:[29]

Musim dingin

sunting
 
Ski Alpen pada Paralimpiade Vancouver 2010

Paralimpiade Musim Dingin sangat mirip dengan Olimpiade Musim Dingin, terdapat cabang olahraga ski alpen, ski lintas alam, hoki es, curling, dan seluncur salju. Para ski alpen awalnya di kembangkan untuk prajurit yang terluka di Perang Dunia II, dan saat ini menjadi salah satu ajang yang paling terkenal dan seru di Paralimpiade. Peserta menuruni lereng gunung dengan peralatan yang dimodifikasi. Atlet yang tidak bisa berdiri dapat menggunakan kursi yang terikat pada ski. Atlet yang tidak memiliki kaki menggunakan tiang dengan ski kecil terpasang di ujungnya untuk menjaga keseimbangannya.[10]

Cabang olahraga musim dingin yang di pertandingkan pada Paralimpiade Beijing 2022:[30]

Perayaan

sunting

Upacara Pembukaan

sunting
 
Upacara Pembukaan Paralimpiade Rio 2016.

Upacara pembukaan diawali dengan pengibaran bendera negara tuan rumah disertai lagu kebangsaan. Kemudian, atlet datang berbaris memasuki stadion secara berkelompok menurut negara asal mereka. Semua negara memasuki stadium menurut abjad dari bahasa yang dipilih negara tuan rumah, namun atlet negara tuan rumah masuk ke stadion pada urutan terakhir. Selanjutnya negara tuan rumah mempersembahkan pertunjukkan budayanya dalam bentuk pertunjukkan musik, tari-tarian, dan nyanyi, dan lain sebagainya. Pembukaan resmi diumumkan, dan pada akhirnya obor Paralimpiade dibawa memasuki stadion dan diteruskan hingga sampai pada pembawa obor terakhir yang akan menyalakan api Paralimpiade.[31]

 
Upacara penutupan Paralimpiade Musim Dingin PyeongChang 2018.

Ketika merencanakan upacara pembukaan untuk Paralimpiade yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana cara menarik perhatian orang ke pertandingan Paralimpiade. Kesuksesan upacara pembukaan akan menentukan kesuksesan keseluruhan pertandingan ini. Tantangan yang sering kali dihadapi, seperti di Paralimpiade Sydney 2000, adalah anggaran yang berkisar sepersepuluh dari upacara Olimpiade tetapi harus menghasilkan acara yang sesuai untuk ruang pertunjukan berukuran sama. Hal itu membuat panitia harus sangat kreatif dan memiliki banyak akal. IPC menunjukkan fleksibilitas yang besar terhadap protokol upacara. Upacara pembukaan Paralimpiade memiliki struktur yang serupa dengan Olimpiade, namun masih terdapat unsur upacara yang dilepaskan kendalinya oleh IPC kepada panitia penyelenggara lokal. Unsur tersebut termasuk aransemen Paralympic Anthem untuk menyesuaikan dengan musik untuk upacara, memungkinkan fleksibilitas dengan masuknya obor, dan penyalaan kaldron. Musik merupakan bagian penting dari upacara dan digunakan untuk menyampaikan cerita dan menciptakan suasana dari pertunjukkan.[32]

Upacara Penutupan

sunting
 
Penyerahan medali kepada atlet di Podium.

Upacara penutupan dimulai sSetelah semua ajang olahraga berakhi,. Pembawa bendera dari masing-masing negara yang berpartisipasi memasuki stadion, diikuti oleh para atlet yang masuk secara bersama-sama tanpa perbedaan antar bangsa. Bendera Paralimpiade diturunkan, disertai pemadaman api Paralimpiade, dan upacara secara resmi ditutup.[31]

Penyerahan Medali

sunting

Atlet yang menang akan menerima medali dan karangan bunga yang diserahkan di akhir pertandingan atau ketika upacara penyerahan medali dimalam atau sehari setelah pertandingan selesai. Pada penyerahan akan diperdengarkan lagu kebangsaan dan pengibaran bendera negara pemenang medali emas.[33]

Peliputan media

sunting

Pertumbuhan liputan dan peningkatan minat media pada Paralimpiade merupakan suatu indikasi bertumbuhnya minat dan kesadaran akan pertandingan secara global. Akan tetapi, secara umum kehadiran dan minat media di Paralimpiade masih tidak seperti yang ada di Olimpiade, khususnya peliputan dari jaringan televisi masih sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. IPC mencoba mengatasi hal tersebut dengan meluncurkan layanan televisi gratis berbasis internet bernama ParalympicSport.TV, menyediakan platform media global berkelanjutan yang menjangkau penonton di seluruh dunia. Layanan ini diluncurkan pertama kali pada Paralimpiade Musim Dingin Turin 2006 dan segera meraih kesuksesan, menyiarkan lebih dari 150 jam siaran olahraga langsung. Penggemar dari 110 negara memperoleh manfaat dari layanan ini pada Paralimpiade Turin 2006, menyaksikan rata-rata kurang dari empat setengah jam olahraga. Sementara di Paralimpiade Beijing 2012, penggemar dari 166 negara menggunakan layanan ini. Layanan ini mendapatkan umpan balik yang sangat positif dari penonton dan memberikan promosi yang bagus untuk gerakan ini. Layanan ini juga mengatasi isu perbedaan waktu sehingga penonton dapat menyaksikan ajang pilihannya pada waktu yang sesuai dengan mereka dari seluruh tempat di dunia. Peluang pemasaran dan komunikasi merek IPC turut mengalami peningkatkan, sehingga sangat menunjang prospek komersial jangka panjang IPC.[34]

Tim Paralimpiade Pengungsi

sunting

Tim Paralimpiade Pengungsi mewakili lebih dari 82 juta orang diseluruh dunia yang terpaksa melarikan diri dari perang, persekusi, serta pelanggaran hak asasi manusia, dan 12 juta di antaranya hidup dengan disabilitas. Chef de Mission dari tim ini adalah Ileana Rodriguez, seorang pengungsi dari Kuba yang bertanding pada Paralimpiade London 2012 di cabang olaharaga renang untuk Amerika Serikat.[35]

Tuan rumah

sunting

Pencalonan

sunting

Calon kota dan negara tuan rumah sekarang ini bersaing ketat untuk memperoleh hak menggelar pertandingan Olimpiade dan Paralimpiade, dengan setiap kota yang mencalonkan diri menghabiskan puluhan juta dolar dalam proses itu. Terpilih sebagai tuan rumah untuk menggelar Olimpiade dan Paralimpiade melibatkan pengeluaran milyaran dolar dana publik, baik untuk fasilitas baru atau diperbaharui, infrastruktur terkait dan akomodasi atlet. Ketika London 2012, inklusi menjadi salah satu kebijakan dasar untuk pencalonan tuan rumah. Oleh karenanya, IPC mengembangkan Panduan Aksesibilitas (Accessibility Guide) untuk digunakan dalam perencanaan pertandingan Paralimpiade serta mempersiapkan warisan pasca-acara yang lebih baik. Pemberdayaan Paralimpiade, disabilitas dan aksesibilitas diubah dari sebuah pertimbangan menjadi peluang strategis untuk berkontribusi terhadap peningkatan materi bagi penyandang disabilitas di kota dan negara tuan rumah Paralimpiade.[15]

Proses penawaran untuk menjadi tuan rumah terbagi dalam tiga tahap yang di tiap tahapannya membutuhkan penyerahan dokumen resmi, yang menyusun keseluruhan penawaran. Fase pertama berfokus pada 'visi, konsep pertandingan, dan strategi' dan menuntut pembahasan mengenai warisan pasca Paralimpiade. Fase kedua meliputi 'tata kelola, hukum, dan pendanaan tempat'. Fase terakhir 'pelaksanaan pertandingan, pengalaman dan warisan tempat', membutuhkan strategi untuk perencanaan warisan. Penawaran dapat ditangguhkan oleh IOC di akhir fase pertama dan kedua. Keputusan akhir IOC ialah pemilihan dari kandidat yang masih berlanjut hingga akhir fase ketiga.[36]

Kota tuan rumah

sunting
Daftar Tuan rumah Paralimpiade
Tahun Paralimpiade Musim Panas [9][13] Paralimpiade Musim Dingin [14]
1960 I Roma (Italia)
1964 II Tokyo (Jepang)
1968 III Tel Aviv (Israel)
1972 IV Heidelberg (Jerman Barat)
1976 V Toronto (Kanada) I Örnsköldsvik (Swedia)
1980 VI Arnhem (Belanda) II Geilo (Norwegia)
1984 VII New York (Amerika Serikat)

Stoke Mandeville (Britania Raya)

III Innsbruck (Austria)
1988 VIII Seoul (Korea Selatan) IV
1992 IX Barcelona dan Madrid (Spanyol) V Tignes dan Albertville (Prancis)
1994 VI Lillehammer (Norwegia)
1996 X Atlanta (Amerika Serikat)
1998 VII Nagano (Jepang)
2000 XI Sydney (Australia)
2002 VIII Salt Lake City (Amerika Serikat)
2004 XII Athena (Yunani)
2006 IX Turin (Italia)
2008 XIII Beijing (Tiongkok)
2010 X Vancouver (Kanada)
2012 XIV London (Britania Raya)
2014 XI Sochi (Rusia)
2016 XV Rio de Janeiro (Brasil)
2018 XII PyeongChang (Korea Selatan)
2020 XVI Tokyo (Jepang)
2022 XIII Beijing (Tiongkok)
2024 XVII Paris (Prancis)
2026 XIV Milan dan Cortina d'Ampezzo (Italia)
2028 XVIII Los Angeles (Amerika Serikat)

Referensi

sunting
  1. ^ Editors of Encyclopaedia Britannica. "Paralympic Games | History, Sports, Locations, & Facts | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20. 
  2. ^ Majid, Rofi Ali (24 Agustus 2021). "Apa Itu Paralympic, Kapan Digelar, dan Perbedaan dengan Olimpiade". Tirto.id. Diakses tanggal 2022-02-18. 
  3. ^ a b Leprêtre, Pierre-Marie; Goosey-Tolfrey, Victoria L.; Janssen, Thomas W. J.; Perret, Claudio (2017-05-25). Rio, Tokyo Paralympic Games and beyond: How to Prepare Athletes with Motor Disabilities for Peaking (dalam bahasa Inggris). Frontiers Media SA. hlm. 7, 24. ISBN 978-2-88945-171-5. 
  4. ^ a b c Bailey, Steve (2008-02-28). Athlete First: A History of the Paralympic Movement (dalam bahasa Inggris). West Sussex: John Wiley & Sons. hlm. 1, 2. ISBN 978-0-470-72431-6. 
  5. ^ Purna, Sapta Kunta; Kardiyanto, Deddy Whinata; Angga, Prayogi Dwina (2020-11-09). KERANGKA PEMBINAAN OLAHRAGA DISABILITAS. Sidoarjo: Zifatama Jawara. hlm. 5. ISBN 978-623-7748-38-0. 
  6. ^ a b DePauw, Karen P.; Gavron, Susan J. (2005). Disability Sport (dalam bahasa Inggris). Champaign, IL: Human Kinetics. hlm. 142, 182. ISBN 978-0-7360-4638-1. 
  7. ^ a b Brittain, Ian (2016-07-01). The Paralympic Games Explained: Second Edition (dalam bahasa Inggris). New York: Routledge. hlm. 9, 202, 203. ISBN 978-1-317-40415-6. 
  8. ^ a b c Winnick, Joseph P. (2011). Adapted Physical Education and Sport (edisi ke-5th ed). Champaign, IL: Human Kinetics. hlm. 49, 51. ISBN 978-0-7360-8918-0. OCLC 609871946. 
  9. ^ a b Brittain, Ian; Beacom, Aaron (2018-02-15). The Palgrave Handbook of Paralympic Studies (dalam bahasa Inggris). London: Springer. hlm. 134. ISBN 978-1-137-47901-3. 
  10. ^ a b Derr, Aaron (2020-01-01). Sports of the Paralympic Games (dalam bahasa Inggris). South Egremont, MA: Red Chair Press. hlm. 6. ISBN 978-1-63440-744-1. 
  11. ^ Herman, Gail; HQ, Who (2020-03-17). What Are the Paralympic Games? (dalam bahasa Inggris). Penguin. hlm. 6. ISBN 978-1-5247-9264-0. 
  12. ^ a b Johnson, Robin (2009-08). Paralympic Sports Events (dalam bahasa Inggris). Crabtree Publishing Company. hlm. 3. ISBN 978-0-7787-4025-4. 
  13. ^ a b c d e f Bell, Daniel (2016-03-17). Encyclopedia of International Games (dalam bahasa Inggris). McFarland. hlm. 315–319. ISBN 978-1-4766-1527-1. 
  14. ^ a b c CBC Kids. "What are the Paralympic Winter Games all about". CBC. Diakses tanggal 20-02-2022. 
  15. ^ a b c d e Darcy, Simon; Frawley, Stephen; Adair, Daryl (2017-02-08). Managing the Paralympics (dalam bahasa Inggris). London: Springer. hlm. 2–6, 9. ISBN 978-1-137-43522-4. 
  16. ^ a b Frontera, Walter R. (2007-01-01). Clinical Sports Medicine: Medical Management and Rehabilitation (dalam bahasa Inggris). Philadelphia: Elsevier Health Sciences. hlm. 118–119. ISBN 978-1-4160-2443-9. 
  17. ^ a b c d MacIntosh, Eric; Bravo, Gonzalo; Li, Ming (2019-03-05). International Sport Management (dalam bahasa Inggris). Champaign, IL: Human Kinetics. hlm. 166, 168. ISBN 978-1-4925-5679-4. 
  18. ^ a b CNN Indonesia (24 Agustus 2021). "Mengenal Klasifikasi dalam Paralimpiade Tokyo". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2022-02-18. 
  19. ^ Hidayat (MG-335), Thaoqid Nur (25-08-2021). "Inilah Jadwal Lengkap Paralimpiade Tokyo 2020 | TIMES Indonesia". www.timesindonesia.co.id. Diakses tanggal 2022-02-22. 
  20. ^ Grey-Thompson, Tanni (5 September 2021). "'Great moments in Tokyo but Para-sport faces challenges'". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-18. 
  21. ^ a b "Operational Structure". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20. 
  22. ^ National Paralympic Committee Jakarta. "Tentang NPC Indonesia". npcjakarta.or.id. Diakses tanggal 18 Februari 2022. 
  23. ^ Dixon, Ed (2021-11-02). "IPC revenue falls 26.7% due to Tokyo 2020 delay". SportsPro (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-21. 
  24. ^ "Paralympics History - Evolution of the Paralympic Movement". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-15. 
  25. ^ Palmer, Dan (13-02-2020). "Refreshed IPC logo designed to give "parity" with Olympic Rings". www.insidethegames.biz. Diakses tanggal 2022-02-21. 
  26. ^ Harden, Zachary (13-02-2021). "International Paralympic Committee". www.crwflags.com. Diakses tanggal 2022-02-21. 
  27. ^ a b c International Paralympic Committee. "IPC Classification - Paralympic Categories & How to Qualify". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-21. 
  28. ^ a b Muhtar, Tatang; Lengkana, Anggi Setia (2019). Pendidikan jasmani dan olahraga adaptif. Sumedang: UPI Sumedang Press. hlm. 3, 4, 6. ISBN 978-602-6438-60-7. 
  29. ^ "Your guide to Paralympic classification". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20. 
  30. ^ "Beijing 2022 Paralympic Qualification Criteria | IPC". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20. 
  31. ^ a b Sharma, V. K. (2020). Health and Physical Education for Class XI. New Delhi: New Saraswati House. hlm. 66–67. ISBN 9789353621889. 
  32. ^ Gilbert, Keith; Schantz, Otto J.; Schantz, Otto (2008). The Paralympic Games: Empowerment Or Side Show? (dalam bahasa Inggris). Maidenhead, UK: Meyer & Meyer Verlag. hlm. 18–23. ISBN 978-1-84126-265-9. 
  33. ^ Parent, Milena M.; Ruetsch, Aurélia (2020-11-29). Managing Major Sports Events: Theory and Practice (dalam bahasa Inggris). New York: Routledge. hlm. 344. ISBN 978-1-000-21088-0. 
  34. ^ Brittain, Ian (2009-09-11). The Paralympic Games Explained (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1st). New York: Routledge. hlm. 80–82. ISBN 978-1-134-02342-4. 
  35. ^ "Refugee Paralympic Team". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20. 
  36. ^ Gold, John; Gold, Margaret M. (2016-07-11). Olympic Cities: City Agendas, Planning, and the World’s Games, 1896 – 2020 (dalam bahasa Inggris). London: Routledge. hlm. 12. ISBN 978-1-317-56531-4. 

Pranala luar

sunting

Lihat pula

sunting
  NODES
Association 2
INTERN 39