Skala magnitudo momen

Skala magnitudo momen (Bahasa Inggris: Moment magnitude scale, atau dikenal Skala magnitudo sering disingkat Mw atau Mw atau umumnya hanya M untuk magnitudo) adalah ukuran dari besarnya gempa bumi ("ukuran" atau kekuatan) berdasarkan pada momen seismik. Skala (Mw) ini dibuat pada tahun 1979 oleh Tom Hanks dan Hiroo Kanamori sebagai pengganti skala Richter dan digunakan pada bidang ilmu seismologi untuk membandingkan energi yang dilepas oleh sebuah gempa bumi.

Seismogram Gempa bumi Turki–Suriah 2023 berkekuatan 7.5 Mw

Skala momen Magnitudo (Mw) dianggap lebih akurat untuk menghitung skala gempa bumi dibandingkan dengan skala Richter, skala ini digunakan hingga saat ini.

Kekuatan momen merupakan angka tak berdimensi yang didefinisikan sebagai berikut

dengan adalah momen seismik (menggunakan satuan newton meter [N·m] sebagai momen).

Sebuah peningkatan satu tahap dalam skala logaritmik ini berarti sebuah peningkatan 101,5 = 31,6 kali dari jumlah energi yang dilepas, dan sebuah peningkatan 2 tahap berarti sebuah peningkatan 103 = 1000 kali kekuatan awal.

Skala Magnitudo momen Mw dianggap sebagai skala magnitudo resmi untuk menentukan peringkat gempa bumi berdasarkan ukuran. Skala ini lebih berhubungan langsung dengan energi gempa dibandingkan skala lainnya, dan tidak meleset – artinya, skala ini tidak meremehkan besaran seperti yang dilakukan skala lain pada kondisi tertentu.

Sejarah

sunting
 
Hiroo Kanamori seismologi asal Jepang, yang membuat Skala magnitudo pada tahun 1979

Pada awal 1900an, sangat sedikit yang diketahui tentang bagaimana gempa bumi terjadi, bagaimana gelombang seismik dihasilkan dan merambat melalui kerak bumi, dan informasi apa yang dibawanya mengenai proses pecahnya gempa; Oleh karena itu, skala magnitudo pertama bersifat empiris. Langkah awal dalam menentukan besaran gempa secara empiris terjadi pada tahun 1931 ketika seismolog Jepang Kiyoo Wadati menunjukkan bahwa amplitudo maksimum gelombang seismik gempa berkurang seiring dengan bertambahnya jarak pada tingkat tertentu.

Charles Richter kemudian mencari cara untuk menyesuaikan jarak episentrum gempa (dan beberapa faktor lainnya) sehingga logaritma amplitudo jejak seismograf dapat digunakan sebagai ukuran "magnitudo" yang konsisten secara internal dan secara kasar berhubungan dengan perkiraan energi gempa. Dia membuat Skala Richter pada tahun 1930an. Namun Skala Ritcher memiliki banyak kekurangan.

Hiroo Kanamori dan seismolog Amerika Thomas C. Hanks kemudian mengembangkan skala magnitudo momen yang menggantikan skala Richter sebagai pengukuran kekuatan relatif gempa.

Hiroo Kanamori menemukan metode untuk menghitung distribusi slip pada bidang patahan melalui bentuk gelombang teleseismik dengan Masayuki Kikuchi. Selain itu, mereka mempelajari seismologi waktu nyata.

Hiroo Kanamori mengembangkan metode baru deteksi peringatan dini gempa bumi dengan analisis cepat gelombang P menggunakan jaringan yang kuat. Algoritme tersebut saat ini sedang diuji dengan sistem Peringatan Dini Gempa Bumi (EEW) Southern California Seismic Network "ShakeAlert", dan merupakan salah satu dari tiga algoritma yang digunakan oleh sistem.[1]

Penggunaan

sunting

Skala Magnitudo momen kini merupakan ukuran gempa yang paling umum digunakan untuk gempa berkekuatan sedang hingga besar.

Skala ini kini digunakan oleh seluruh otoritas seismologi dunia seperti Survei Geologi Amerika Serikat, Badan Meteorologi Jepang, Pusat Seismologi Eropa-Mediterania dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia sejak 2017 (sebelum itu, BMKG menggunakan Skala Richter). untuk melaporkan gempa bumi besar (biasanya M> 4), menggantikan skala magnitudo lokal ML dan magnitudo gelombang permukaan Ms (Mww, dll.) mencerminkan berbagai cara memperkirakan momen seismik.

 
Sebuah diagram perbandingan skala gempa bumi

Berikut ini penjelasan mengenai dampak khas gempa bumi dengan berbagai magnitudo di dekat pusat gempa. Nilai tersebut bersifat tipikal dan mungkin tidak tepat pada kejadian di masa depan karena intensitas dan dampak gempa bumi tidak hanya bergantung pada magnitudo tetapi juga pada (1) jarak ke pusat gempa, (2) kedalaman fokus gempa di bawah pusat gempa, (3) lokasi episentrum dengan jarak perkotaan, dan (4) kondisi geologi.[2]

Intensitas dan jumlah korban jiwa bergantung pada beberapa faktor seperti (kedalaman gempa, lokasi pusat gempa, kepadatan penduduk, dan lain-lain) dan sangat bervariasi.

Magnitudo Besaran MMI Dampak gempa bumi Frekuensi rata-rata kejadian secara global (Perkiraan) Contoh kerusakan
1.0–1.9 Mikro I Tidak terekam seismograf Terjadi terus menerus selama jutaan tahun
2.0–2.9 Minor II-III Tidak terasa, tetapi terekam oleh alat Seismogram Lebih dari satu juta per tahun
3.0–3.9 Lemah III-IV Seringkali terasa, tetapi tidak menimbulkan kerusakan Lebih dari 100.000 per tahun
4.0–4.9 Ringan IV-V Dapat diketahui dari bergetarnya perabot dalam ruangan, suara gaduh bergetar. Kerusakan tidak terlalu signifikan. 10.000 hingga 15.000 per tahun
5.0–5.9 Sedang V-VI Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan pada area yang lokal. Umumnya kerusakan kecil pada bangunan yang didesain dengan baik. 1.000 hingga 1.500 per tahun
6.0–6.9 Kuat VI-VII Kerusakan pada sejumlah bangunan di kawasan berpenduduk. Struktur yang tahan gempa dapat bertahan dengan kerusakan ringan hingga sedang. Struktur yang dirancang dengan buruk akan mengalami kerusakan hingga runtuh. Terasa di area yang lebih luas; hingga ratusan kilometer dari pusat gempa. Guncangan kuat hingga hebat di daerah episentrum. 100 hingga 150 per tahun
7.0–7.9 Besar VIII atau lebih tinggi Menyebabkan kerusakan pada sebagian besar bangunan, ada yang runtuh sebagian atau runtuh seluruhnya. Struktur bangunan yang dirancang dengan baik kemungkinan besar akan mengalami kerusakan. Dan jembatan putus 10 hingga 20 per tahun
8.0–8.9 Hebat Kerusakan besar pada bangunan, dan struktur yang mungkin hancur. Akan menyebabkan kerusakan sedang hingga berat pada bangunan kokoh atau tahan gempa. Merusak di area yang luas. Terasa di wilayah yang sangat luas. Sekali per tahun
9.0–9.9 Ekstrem Hampir kehancuran total – kerusakan parah atau keruntuhan pada semua bangunan. Kerusakan parah dan guncangan meluas hingga ke lokasi yang jauh. Perubahan permanen pada topografi tanah. Dapat memicu tsunami besar; Gempa bumi Valdivia 1960 adalah gempa terbesar hingga saat ini Satu hingga tiga per abad[3]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting
  1. ^ Hiroo Kanamori, Kyoto Laureate Diarsipkan 2009-10-13 di Wayback Machine.
  2. ^ Ellsworth, William L. (1991). "The Richter Scale ML". Dalam Wallace, Robert E. The San Andreas Fault System, California. USGS. hlm. 177. Professional Paper 1515. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 25, 2016. Diakses tanggal 2008-09-14. 
  3. ^ McCaffrey, R. (2008). "Global frequency of magnitude 9 earthquakes". Geology. 36 (3): 263–266. doi:10.1130/G24402A.1. 
  NODES
Intern 2
mac 2
os 2