Teknik lingkungan

teknik lingkungan
(Dialihkan dari Teknik Lingkungan)

Bidang teknik lingkungan menerapkan pemikiran, teknik serta manajemen untuk memelihara, melindungi kesehatan, keselamatan manusia serta lingkungan secara keseluruhan. Ruang lingkup bidang ini adalah konservasi sumber daya air, pengelolaan lingkungan, pengelolaan kesehatan lingkungan, upaya pengendalian pencemaran, penyaluran limbah dan buangan, pengendalian pencemaran akibat limbah cair, gas dan lumpur (sludge) dan pengelolaan kualitas perairan, tanah, atmosfer, serta pengendalian dan pengelolaan dampak lingkungan.

Teknik Lingkungan adalah sebuah program studi yang berusaha untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan dengan pendekatan teknologi. Teknik Lingkungan dijabarkan sebagai pemikiran keteknikan dan keterampilan dalam memecahkan masalah pengendalian lingkungan yang menyangkut penyediaan air minum; sistem pembuangan dan pendaurulangan buangan cair, padat, dan gas; sistem drainase perkotaan dan desa serta sanitasi lingkungan; pengendalian pencemar dan pengelolaan kualitas air, tanah, dan udara; serta pengendalian dan pengelolaan dampak lingkungan.

Lingkup Teknik Lingkungan

sunting

Singkat kata, tugas utama dari insinyur lingkungan adalah untuk melindungi kesehatan masyarakat dengan melindungi (dari degradasi lebih lanjut), mempertahankan (kondisi sekarang), dan meningkatkan lingkungan. Lingkungan rekayasa adalah penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan rekayasa untuk lingkungan. Ada beberapa divisi dari bidang teknik lingkungan.

Penilaian dampak lingkungan dan mitigasi

sunting

Dalam divisi ini, insinyur dan ilmuwan menggunakan identifikasi sistemik dan proses evaluasi untuk menilai dampak potensial dari proyek yang diusulkan, rencana, program, kebijakan, atau tindakan legislatif pada komponen fisik-kimia, biologi, budaya, dan sosial ekonomi pada kondisi lingkungan[1]. Mereka menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dan rekayasa untuk mengevaluasi apakah ada kemungkinan akan ada dampak negatif terhadap kualitas air, kualitas udara, kualitas habitat flora dan fauna, kapasitas pertanian, dampak lalu lintas, dampak sosial, dampak ekologis, dampak kebisingan, dampak visual (lanskap), dll. Jika dampak berlebihan, mereka kemudian mengembangkan langkah-langkah mitigasi untuk membatasi atau mencegah dampak-dampak tersebut. Sebuah contoh dari upaya mitigasi ialah penciptaan lahan basah yang baru di lokasi yang dekat dengan pembangunan jalan yang gunanya untuk mengurangi lahan basah yang diperlukan untuk pembangunan jalan jika tidak mungkin untuk mengubah rute jalan.

Praktik penilaian lingkungan hidup diawali pada tanggal 1 Januari 1970 berdasarkan Undang-Undang Kebijakan Lingkungan Nasional (NEPA) di Amerika Serikat. Sejak saat itu, lebih dari 100 negara maju dan berkembang telah merencanakan undang-undang ini untuk diadopsi prosedurnya dan akan digunakan di tempat lain. NEPA ini berlaku untuk semua lembaga federal di Amerika Serikat.[1]

Penyediaan Air Bersih

sunting

Insinyur dan ilmuwan bekerja demi mengamankan pasokan air agar bisa digunakan untuk minum dan kebutuhan pertanian. Mereka mengevaluasi keseimbangan air dalam DAS (daerah aliran sungai) dan menentukan pasokan air yang tersedia, air yang dibutuhkan untuk berbagai kebutuhan di DAS, siklus musiman pergerakan air melalui DAS dan mereka mengembangkan sistem untuk menyimpan, merawat, dan menyampaikan air untuk berbagai keperluan. Air dikontrol guna mendapat air yang berkualitas saat penggunaan akhir. Dalam hal penyediaan air minum, air dikontrol untuk meminimalkan risiko penularan penyakit menular, risiko penyakit tidak menular, dan untuk menciptakan rasa air jernih. Sistem distribusi air yang dirancang dan dibangun untuk memberikan tekanan air yang cukup dan laju aliran untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna akhir seperti penggunaan domestik, pencegah kebakaran, dan irigasi.

Pengolahan limbah

sunting
 
Water pollution

Insinyur lingkungan menerapkan prinsip - prinsip ilmiah dan rekayasa untuk pengolahan limbah di badan air, tanah serta penanganan limbah B3 (berbahaya dan beracun).

Untuk mengatasi air limbah, insinyur merancang bangunan pengolahan air buangan. air buangan atau air limbah yang berasal dari kegiatan domestik, industri dan pertanian serta air limbah perkantoran dan pertokoan harus melewati suatu Instalasi pengolahan air limbah sebelum dialirkan ke badan sungai atau danau.


 
Sewage treatment plant, Australia.

Ada banyak teknologi untuk mengolah air limbah. Sebuah instalasi pengolahan air limbah dapat terdiri dari sistem pengolahan primer untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan koloid; sistem pengolahan sekunder yang terdiri dari kolam aerasi diikuti oleh flokulasi dan sedimentasi atau sistem lumpur aktif dan clarifier sekunder; sistem nitrogen tersier penghapusan biologis, dan proses desinfeksi akhir. sistem lumpur aktif menghilangkan bahan organik terlarut yang dapat terurai secara biologis. clarifier sekunder menghilangkan lumpur aktif dari air. Sistem tersier, meskipun tidak selalu dimasukkan karena biaya, umumnya digunakan untuk menghilangkan nitrogen dan fosfor dan untuk mensterilkan air sebelum dibuang ke aliran air permukaan atau pembuangan laut.[2]

Dalam pengolahan limbah padat, insinyur lingkungan menerapkan ilmu - ilmu teknik untuk mengatasi permasalahan sampah di lingkungan masyarakat serta merancang tempat pengolahan sampah yang meliputi: Tempat Pengolahan Sementara (TPS), Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan landfill

Manajemen kualitas udara

sunting

Insinyur menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dan rekayasa untuk desain proses manufaktur dan pembakaran untuk mengurangi emisi polutan udara ke tingkat baku mutu yang dapat diterima. Scrubber, electrostatic precipitators, catalytic converter, dan proses lainnya berbagai dimanfaatkan untuk menghapus partikular, oksida nitrogen, oksida belerang, senyawa organik volatil (VOC), gas organik reaktif (ROG) dan polutan udara lainnya dari gas buang dan sumber-sumber lain sebelum memungkinkan emisi mereka ke atmosfer.

Para ilmuwan telah mengembangkan model dispersi polusi udara untuk mengevaluasi konsentrasi polutan di reseptor atau dampak pada kualitas udara secara keseluruhan dari knalpot kendaraan dan emisi gas industri tumpukan buang. Untuk batas tertentu, tumpang tindih bidang ini berkeinginan untuk mengurangi karbon dioksida dan emisi gas rumah kaca lainnya dari proses pembakaran.

Profesi

sunting

Lulusan teknik lingkungan memiliki prospek kerja di berbagai bidang, yaitu


Teknik lingkungan di Indonesia

sunting

10 Oktober 1962, Departemen Teknik Penyehatan ITB didirikan di bawah naungan Fakultas Teknis Sipil dan Perencanaan. Kelahiran departemen ini menandai awal mula berdirinya pendidikan tinggi Teknik Lingkungan (TL) di Indonesia.[4] Teknik Penyehatan berubah nama menjadi Teknik Lingkungan dikarenakan terjadi pergeseran fokus dari penyehatan masyarakat menjadi lingkungan secara keseluruhan.

Tahun 1983, ITS membuka program studi Teknik Penyehatan Strata-1 yang kemudian dikembangkan menjadi Jurusan Teknik Lingkungan dan diresmikan oleh Dirjen DIKTI tahun 1996.[5]

5 Juni 1985 didirikanlah Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan “Yayasan Lingkungan Hidup” (disingkat STTL “YLH”) berkedudukan di Yogyakarta yang merupakan perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mengelola kegiatan pembelajaran untuk Program Studi Teknik Lingkungan.[6] Adalah Ir. KRT Tjokrokusumo (Alm.) yang berinisiatif untuk mendirikan perguruan Teknik Lingkungan pertama kali di Indonesia melalui Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Yogyakarta.

Selanjutnya pada tahun ajaran 1996/1997, Universitas Andalas membuka Program Studi Teknik Lingkungan yang pada awalnya berada di bawah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unand. Pembukaannya diresmikan melalui Surat Keputusan Dirjen DIKTI No. 454/DIKTI/Kep./1996 tanggal 9 September 1996. Pada tahun ajaran 1996/1997, Program Studi Teknik Lingkungan Unand menerima mahasiswa baru pertama kali sebanyak 25 orang melalui penyeleksian dari Jurusan Teknik Sipil. Mulai tahun akademik 1997 dan seterusnya, Program Studi Teknik Lingkungan Unand mulai menerima mahasiswa melalui jalur UMPTN dan PMDK sebanyak 40 orang per tahun di jenjang pendidikan S1.[7]

Program Studi Teknik Lingkungan di Indonesia dipersepsikan secara bervariasi di berbagai universitas. Hal ini terlihat dari di bawah departemen apa jurusan tersebut ditempatkan. Di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Jurusan Teknik Lingkungan berada di bawah Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Di ITS, jurusan ini cenderung dititikberatkan ke arah perencanaan sipil. Di Universitas Airlangga, Jurusan Teknik Lingkungan ditempatkan di bawah naungan Fakultas Sains dan Teknologi. Di Universitas Airlangga, jurusan teknik lingkungan lebih mencakup bidang yang lebih luas seperti manajemen dan teknologi berkelanjutan. Pada Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, program studi ini masuk ke dalam Fakultas Teknologi Mineral dengan kurikulum berbasis "Kebumian".[butuh rujukan]

Teknik lingkungan di luar Indonesia

sunting

Teknik Lingkungan sebenarnya relatif baru di bidang profesi, namun dengan sejarah terbentuknya yang cukup panjang. Gelar, atau titel "Insinyur Lingkungan" atau "Sarjana Teknik Lingkungan" sebenarnya tidak pernah ada hingga tahun 1960 di Amerika Serikat, ketika saat itu beberapa program akademik di bidang teknik (engineering) dan kesehatan masyarakat mencoba untuk berekspansi ruang lingkup studi mereka, dengan tujuan mendapatkan titel yang lebih spesifik menyesuaikan dengan program studi, pelajaran dan material yang ada. Diharapkan perbedaan antara Insinyur Lingkungan dengan Insinyur Kesehatan Masyarakat serta dengan cabang teknik lain dapat menjadi jelas.

Bagaimanapun juga, teknik lingkungan tidak dapat dipisahkan dari akar sejarahnya, ketika sebenarnya akar dari teknik lingkungan itu melibatkan banyak bidang keilmuan yang lain, sebut saja teknik sipil, kesehatan masyarakat, ekologi, kimia, biologi, geologi dan teknik mekanik. Tiga bidang terakhir yang disebut dalam beberapa hal ke teknik lingkungan dapat dimasukkan. Di Amerika Serikat, meteorologi dikenal juga sebagai salah satu faktor akar dari teknik lingkungan. Walaupun demikian, teknik sipil dan teknik kimia secara luas diakui sebagai unsur pembentuk teknik lingkungan.

Jika diperhatikan di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, sering kali teknik lingkungan terletak di bawah bagian teknik sipil, yang mana materi perkuliahannya adalah kombinasi bidang sipil yang bergerak di bidang lingkungan. Jepang, Taiwan atau Malaysia, adalah contoh negara yang sering kali teknik lingkungan berada di bawah bidang teknik kimia. Ini terkait dengan beberapa aspek dalam teknik lingkungan yang juga mempelajari reaksi-reaksi kimia, struktur, proses, kimia lingkungan serta berkaitan dengan kimia air.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b McGraw-Hill Encyclopedia of Environmental Science and Engineering (edisi ke-3rd Edition). McGraw-Hill, Inc. 1993. 
  2. ^ Sims, J. (2003). Activated sludge, Environmental Encyclopedia. Detroit. 
  3. ^ "FTSL". usm.itb.ac.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-22. Diakses tanggal 2019-02-06. 
  4. ^ "Teknik Lingkungan ITB". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-14. Diakses tanggal 2012-06-03. 
  5. ^ "Teknik Lingkungan ITS". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-02-05. Diakses tanggal 2012-06-03. 
  6. ^ Sejarah STTL YLH[pranala nonaktif permanen]
  7. ^ "Teknik Lingkungan UNAND". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-12. Diakses tanggal 2012-06-03. 
  NODES
Done 9