Tjokorda Raka Sukawati

Dr. Ir. Tjokorda Raka Sukawati (3 Mei 1931 – 11 November 2014[3][4]) adalah seorang insinyur Indonesia yang menemukan konstruksi Sosrobahu, yang memudahkan pembangunan jalan layang tanpa mengganggu arus lalu lintas pada saat pembangunannya.

Tjokorda Raka Sukawati
Lahir(1931-05-03)3 Mei 1931
Ubud, Gianyar,
Meninggal11 November 2014(2014-11-11) (umur 83)
Ubud, Gianyar
KebangsaanIndonesia
AlmamaterInstitut Teknologi Bandung (Ir)[1]
Universitas Gadjah Mada (Dr)[2]
PekerjaanInsinyur
Dikenal atasMenemukan Sosrobahu

Tjokorda meraih gelar Insinyur bidang Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung 1962,[1] dan memperoleh gelar Doktor dari Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tahun 1996.[2]

Ia meniti karier di PT. Hutama Karya yang bergerak dibidang jasa konstruksi dan infrasruktur, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah Departemen Pekerjaan Umum (PU). Ketika menggarap proyek jalan layang antara Cawang dengan Tanjung Priok di Jakarta itulah teknologi Sosrobahu ditemukan.

Sebenarnya temuannya belum diuji secara khusus di laboratorium saat dipraktikkan. Namun ia merasa yakin temuannya bisa bekerja sesuai rumusan ilmiah yang ada. Bahkan sebelum temuannya dipraktikkan, ia yang menganut agama Hindu yang taat itu menyempatkan diri bersembahyang di atas konstruksi itu. Ia terbilang nekad saat itu, dengan mengatakan bahwa ia bersedia mundur dari direktur PT. Hutama Karya kepada menteri Pekerjaan Umum saat itu, bila temuannya itu ternyata tidak bisa bekerja. Namun ternyata temuan Sosrobahu itu dapat bekerja sebagaimana mestinya tanpa kurang suatu apa pun.

Dia mengatakan bahwa temuan itu 80% atas kehendak Tuhan yang Maha Kuasa. Bahkan angka tekanan 78 kg/cm² yang ditetapkan dalam teknologi temuannya itu, sebenarnya angka misterius bagi ia, entah dari mana saat itu ia menetapkan angka wangsit itu, tetapi berhasil bahkan para insinyur Amerika Serikat yang mengerjakan jalan layang di Seattle begitu taat dengan ketetapan 78 kg/cm² itu. Belakangan, setelah diketahui di laboratorium yang kemudian dibangunnya sendiri itu, didapatkan hasil perhitungan berupa ketetapan sebesar 78,05 kg/cm². Persis sama dengan ketetapan angka wangsit tadi.

Di ujung kariernya di PT. Hutama Karya, Tjokorda terseret persoalan Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang menimpa perusahaan konstruksi itu. Tjokorda harus berurusan dengan masalah commercial paper, hal yang asing bagi seorang insinyur seperti dirinya. Ia sempat berurusan dengan pengadilan. Kasus ini terkuat menyusul krisis finansial Asia yang membuat banyak perusahaan konstruksi terkena masalah.

Tjokorda Raka Sukawati, yang juga pendiri Fakultas Teknik Universitas Udayana, telah pensiun dari PT. Hutama Karya, tetapi masih tetap berkarya bahkan menghasilkan teknologi sosrobahu versi kedua yang lebih unggul soal kepraktisan dibandingkan versi sebelumnya. Kini ia tinggal di kampung halamannya di Ubud, Bali dengan mengajar di jenjang Pascasarjana Bidang Teknik Sipil Universitas Udayana.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b "Ir. Tjokorda Raka Sukawati, SI 64 The man who make the history". alsi-itb.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-25. Diakses tanggal 31 Agustus 2020. 
  2. ^ a b "Profil Tjokorda Raka Sukawati". Merdeka.com. Diakses tanggal 31 Agustus 2020. 
  3. ^ a b "Penemu Teknologi Sosrobahu Meninggal Dunia". Media Group. 12 November 2020. Diakses tanggal 31 Agustus 2020. 
  4. ^ "Man of 1000 shoulders" (dalam bahasa Inggris). The Jakarta Post. 11 Desember 2014. Diakses tanggal 31 Agustus 2020. 


  NODES
os 7