Champon

salah satu jenis olahan pasta

Champon (ちゃんぽん) (chanpon) atau Nagasaki champon adalah mi rebus khas kota Nagasaki. Champon merupakan perkembangan dari mi rebus ala Tionghoa. Bahan berupa daging babi, makanan laut yang sedang musim, kamaboko, dan sayur-sayuran (kubis, tauge) ditumis dengan lemak babi. Air kaldu dari campuran tulang babi atau tulang ayam ditambahkan untuk merebus mi hingga empuk. Di Korea masakan serupa champon disebut Jjamppong (짬뽕), dan dimasak dengan tambahan cabai. Di Okinawa, champon berarti sepiring nasi dengan lauk-pauk di atasnya.

Shikairō champon

Etimologi

sunting

Dalam bahasa Jepang, kata "champon" berarti memasak campuran berbagai bahan makanan, atau mencampur dua jenis bahan atau hal yang berbeda. Kata ini berasal dari bahasa Tionghoa: 攙烹 (chānpēng).[1] Selain itu, orang juga dikatakan berbahasa champon bila berbicara dalam bahasa Jepang dicampur bahasa asing. Bagi orang Kyushu, istilah "champon" berarti campuran berbagai jenis minuman keras, atau mencampur berbagai macam lauk menjadi satu.[2] Selain itu, kata "champon" kemungkinan berasal dari dialek Fujian, "shapon" yang berarti makan.[3]

Asal usul

sunting

Pada tahun 1892, juru masak Chen Pingshun yang waktu itu berusia 19 tahun meninggalkan kampung halaman di Provinsi Fujian untuk mencari uang di Nagasaki. Setelah tinggal di Nagasaki selama dua tahun pecah Perang Tiongkok-Jepang Pertama. Setelah bekerja keras dan menjalani kehidupan yang sulit, uang hasil menabung selama 7 tahun dipakainya sebagai modal membuka rumah makan bernama Shikairou.[4]

Minatnya membantu orang yang sedang kesulitan membuat Chen bersedia mengurusi mahasiswa dari Dinasti Qing yang sedang belajar di Nagasaki. Untuk mereka, Chen menciptakan masakan baru yang bergizi dan murah. Idenya diambil dari masakan mi kuah daging (湯肉絲麺) asal tempat kelahirannya di Fujian. Mi dimasak di atas wajan berisi kaldu encer daging babi dicampur sayuran berupa shiitake, rebung, dan daun bawang. Chen mengubah resep tersebut dengan memakai kuah kaldu yang lebih kental, daging dan sayuran yang banyak, dan mi ala Jepang yang lebih kenyal.[4] Bahan yang digunakannya adalah hasil laut yang sedang musim dari perairan sekitar Nagasaki seperti udang kecil dan tiram. Masakan mi ciptaannya disebut Shinaudon (udon Tiongkok), dan nantinya menjadi cikal bakal champon.[5]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Sanseidō kokugo jiten (edisi ke-Ed.3). Sanseidō. 1982. ISBN 4-385-13187-2. 
  2. ^ Rurubu Free Nagasaki (Autumn 2007): 7.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  3. ^ "Food Culture". Dewan Pariwisata Kota Nagasaki. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-28. Diakses tanggal 2008-01-12. 
  4. ^ a b "Champon no yurai". Shikairou. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-01. Diakses tanggal 2008-01-12. 
  5. ^ "Champon museum". Nishinippon Shimbun. Diakses tanggal 2008-01-12. [pranala nonaktif permanen]

Pranala luar

sunting
  NODES