Pelacuran di Lebanon

Pelacuran di Lebanon merupakan hal yang legal dan diatur.[1] Namun, tidak ada izin resmi yang dikeluarkan sejak tahun 1975.[1][2] Di Lebanon modern, prostitusi berjalan semi-resmi melalui 'Super Nightclub', dan secara ilegal di jalanan, di bar, hotel, dan rumah bordil.[2] UNAIDS memperkirakan terdapat 4.220 pelacur di negara ini.[3] Kasus prostitusi anak telah diketahui dan dituntut, tetapi tidak ada tindakan yang diambil untuk merehabilitasi anak-anak ini.[4][5] Perdagangan seks saat ini menjadi masalah di Lebanon.[6]

Gambaran

sunting

Aktivitas pelacuran jalanan terjadi di negara ini, para pelacur sebagian besar adalah orang Lebanon ataupun Suriah.[2] Pelacuran juga terjadi di bar, terutama di wilayah Hamra di Beirut dan di Marmertein. Bar-bar tersebut memiliki ijin resmi namun tidak untuk aktivitas pelacuran. Mereka biasanya memiliki kamar 'rahasia' di belakang sedangkan para wanitanya yang kebanyakan orang Mesir, Suriah dan Sudan, dikendalikan oleh seorang "Ibu". Beberapa pelacur Lebanon bekerja secara independen dari hotel atau apartemen sewaan.[2] Selain itu pelacuran pria juga sedang meningkat di negara ini.[7][8]

Super night clubs

sunting

Klub malam super atau Super night clubs berfungsi sebagai tempat pertemuan para pelacur dan pelangganya. Para pelanggan dapat mengobrol dengan 'artisnya' jika mereka membeli sebotol sampanye. Selama obrolan, pelanggan dapat mengatur 'kencan' untuk hari berikutnya. Tidak ada layanan seksual yang diizinkan di tempat tersebut, dan wanita tersebut menegosiasikan harganya sendiri untuk 'kencan' tersebut.[2]

Klub beroperasi dengan persetujuan diam-diam dari Sûreté Générale (Direktorat Jenderal Keamanan Umum), yang memiliki aturan yang ketat. Wanita yang bekerja di klub harus warga negara asing, wanita Lebanon tidak diperbolehkan untuk bekerja di klub. Para wanita migran harus memiliki kontrak untuk memasuki negara tersebut, dan diberikan visa 'artiste', yang di dalamnya terdapat persyaratan yang ketat.[2][9]

Para wanita harus berada di klub antara jam 8 malam hingga jam 5 pagi, Sûreté atau polisi dapat memasuki klub kapan saja untuk memeriksa semua artis yang hadir. Para wanita harus tinggal di kamar hotel, sering kali di sebelah klub atau di gedung yang sama. Mereka harus berada di hotel antara jam 5 pagi sampai jam 1 siang. Setelah jam 1 siang, mereka boleh meninggalkan hotel untuk berkencan. Nomor telepon dan nomor registrasi mobil klien harus dicatat ketika wanita meninggalkan hotel.[2][6]

Terdapat sekitar 130 klub, terutama di sekitar Maameltein. Banyak wanita yang bekerja di sana yang berasal dari Eropa Timur dan Afrika Utara.[6] Pada tahum 2016, 11.284 wanita memasuki Lebanon di bawah program 'artis', hal ini lebih dari dua kali lipat jumlah dari pada program yang sama pada tahun 2015.[6] Visa artis mereka tidak lebih dari enam bulan, dan mereka akan dideportasi jika ketahuan memperpanjang masa tinggal mereka.[10]

Sejarah

sunting

Pada tahun 1931, ketika negara itu berada di bawah kendali Prancis,[11] undang-undang baru diberlakukan untuk mengatur prostitusi. Pelacur harus terdaftar dan hanya diperbolehkan bekerja di rumah bordil berlisensi. Untuk mendapatkan lisensi, mereka harus berusia di atas 21 tahun, tidak perawan dan telah menjalani pemeriksaan kesehatan. Hukum dapat memidanakan orang bekerja di tempat lain. Hal itu juga dapat memidanakan siapa pun yang memfasilitasi seseorang untuk bekerja di luar persyaratan lisensi.[1] Pada awal Perang Saudara Lebanon pada tahun 1975, semua rumah bordil berlisensi yang terletak di dekat Lapangan Martir di distrik Zeitoun di pusat kota Beirut. Semua rumah bordil ini dihancurkan selama pertempuran.[2] Tidak ada izin yang dikeluarkan sejak saat itu baik untuk pelacur ataupun untuk rumah bordil.[1][2][9] Akibat izin yang tidak dikeluarkan, rumah-rumah bordil beroperasi secara ilegal sampai undang-undang baru disahkan pada tahun 1998 yang memidanakan pebisnis yang menyediakan ruang untuk seks komersial.[1] "Super night clubs" awalnya adalah klub malam reguler yang melayani perdagangan turis pada 1960-an. Namun "Super night clubs" ditutup selama Perang Saudara, dan setelah perang berakhir, tidak ada turis yang cukup untuk membuatnya layak beroperasi. Model bisnis ini diubah ke format saat ini dan klub dapat dibuka kembali.[2]

Perang Saudara Suriah

sunting

Perang Saudara di Suriah telah menyebabkan masuknya pengungsi Suriah ke dalam perdagangan seks di Lebanon. Perempuan dan anak perempuan Suriah sangat rentan terhadap perdagangan seksual.[6] Beberapa pengungsi wanita dewasa telah dipaksa menjadi pelacur. Sebuah jaringan prostitusi paksa yang dijalankan oleh seorang germo asal Suriah yang dibongkar pada tahun 2016 oleh polisi Lebanon, yang menggerebek rumah bordil Chez Maurice dan Le Silver, keduanya terletak di daerah Maameltein yang terkenal dengan distrik lampu merahnya.[12] Mayoritas perempuan dan anak perempuan direkrut dari Suriah dengan janji kerja palsu dan menjadi sasaran eksploitasi seksual komersial di mana mereka mengalami pelecehan mental, fisik, dan seksual, serta aborsi paksa.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e "Sex Work Law - Countries". Sexuality, Poverty and Law (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-29. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  2. ^ a b c d e f g h i j "Prostitution – The business of sex". Executive Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 November 2014. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  3. ^ "Sex workers: Population size estimate - Number, 2016". www.aidsinfoonline.org. UNAIDS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juni 2019. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  4. ^ "The Commercial Sexual Exploitation of Children". C S E C (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 9 November 2021. 
  5. ^ "Madagascar maids: Misery in the Middle East". BBC. Diakses tanggal 9 November 2021. 
  6. ^ a b c d e f "Lebanon 2017 Trafficking in Persons Report". U.S. Department of State. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 Juli 2017. Diakses tanggal 9 November 2021.    Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik.
  7. ^ Streib, Matthew (17 Juli 2006). "Living outside of society: Palestinian refugee rentboys in the Lebanon". PinkNews. Diakses tanggal 21 November 2021. 
  8. ^ Du Verdie, Paul (14 Februari 2014). "Male prostitution on the rise in Lebanon". Aljazeera. Diakses tanggal 21 November 2021. 
  9. ^ a b Anderson, Sulome (9 Februari 2012). "Sex for Sale in Beirut". Foreign Policy (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 November 2021. 
  10. ^ "2008 Human Rights Report: Lebanon". Bureau of Democracy, Human Rights, and Labor. U.S. Department of State. 25 Februari 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Februari 2009. Diakses tanggal 29 November 2021. 
  11. ^ Beggiani, Chorbishop Seely. "Aspects of Maronite History (Part Eleven) The twentieth century in Western Asia". Stmaron.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Juni 2006. Diakses tanggal 30 November 2021. 
  12. ^ "Les réfugiées syriennes au Liban, proies des proxénètes". Le Monde.fr. 30 Juli 2016. Diakses tanggal 11 Agustus 2016. 

Pranala luar

sunting
  NODES