Sambungan
Sambungan (Joinery: bahasa Inggris) adalah bagian dari penggarapan kayu yang melibatkan penggabungan potongan-potongan kayu, pengganti sintetis (misalnya, laminasi), atau kayu olahan yang bertujuan menciptakan barang yang lebih beragam. Umumnya beberapa sambungan kayu memerlukan pengikat, perekat mekanis ataupun pengencang. Ada pula yang hanya memakai elemen kayu seperti pasak, duri polos, dan perlengkapan tanggam kayu.
Karakteristik kekuatan pada sambungan kayu, kelenturannya, penampilan, ketangguhan, dan lainnya dilihat dari tujuan sambungan dan sifat bahannya. Maka dari itu, teknik sambungan dapat berbeda disesuaikan dengan kebutuhan yang berbeda pula. Contohnya teknik sambungan untuk membangun rumah akan berbeda dengan yang digunakan untuk furnitur atau membuat lemari, walau bisa memungkinkan konsepnya sama yaitu tumpang tindih. Di Inggris, bengkel tukang kayu berbeda dari pertukangan, karena sebagai pekerjaan kayu struktural. Sedangkan di tempat lain, bengkel tukang kayu dianggap sebagai tukang kayu (bentuk pertukangan).
Sejarah
suntingBanyak teknik sambungan kayu tradisional menggunakan perekat maupun pengencang mekanis, karena melihat dari sifat meterial kayu yang khas. Pada setiap budaya pertukangan kayu memiliki teknik dan tradisi yang unik. Di India dan Mesir, beberapa dinasti pertama memperlihatkan penggunaan sambungan yang sulit lebih dari 5000 tahun lalu, seperti sambungan dovetail (sambungan ekor burung). Tradisi ini bersinambungan ke gaya Eropa lainnya di kemudian hari. Penulis abad ke-18, Diderot, mencantumkan lebih dari 90 ilustrasi terperinci mengenai sambungan kayu untuk struktur bangunan tersendiri, dalam ensiklopedia komprehensifnya yang terbit tahun 1765. Sementara teknik di Eropa berpusat pada penyembunyian sambungan, sementara di Asia, tidak berusaha untuk “menyembunyikan” sambungan itu. Tradisi Jepang dan Cina khususnya, menetapkan ratusan jenis sambungan. Alasannya, karena kondisi cuaca yang lembab di sebagian besar Asia Tengah dan Asia Tenggara, sehingga penggunaan paku dan lem yang tidak tahan terhadap suhu akan menyebabkan goyah. Selain itu, pada mebel tradisional Cina, penggunaan kayu dengan resin (cairan padat atau kental untuk melapisi furnitur) tinggi tidak dapat menempel dengan baik, meski bila kayu tersebut dibersihkan dengan pelarut dan perekat modern.
Modernisasi perdagangan dan terjadinya perkembangan baru telah membantu percepatan, kesederhanaan yang lebih baik untuk meningkatkan sambungan. Pengikatan mekanis baru digunakan seperti sambungan sekrup saku, beriringan dengan teknik formulasi lem yang berbeda.
Sifat-sifat Kayu
suntingJenis sambungan kayu dibedakan berdasarkan jumlah dan susunannya yaitu: sambungan satu irisan (menyambungkan dua batang kayu), sambungan dua irisan (menyambungkan tiga batang kayu), dan sambungan empat irisan (menyambungkan lima batang kayu).[1]
Oleh karenanya teknik penyambungan kayu bisa dilihat dari sifat materialnya yang beda pada dimensi yang berbeda pula, serta sifat kayu yang anisotropis. Saat menyatukan bagian kayu, hal ini harus dipertimbangkan, sebab sambungan akan gagal. Bila merekatkan papan dengan butiran kayu secara tegak lurus, papan tersebut bisa retak atau sambungannya yang retak. Pada abad ke-18, beberapa furnitur tidak memerhatikan hal tersebut. Hasilnya dari pengerjaan itu adalah kaki penyangga rusak, yang kemudian direkatkan dengan balok secara vertikal. Pemuaian dan kontraksi dapat terjadi tidak sama antar potongan, karena balok lem diikat dengan lem dan paku. Terbelahnya balok (menjadi papan lebar) juga dapat terjadi pada periode tersebut.
Hal yang lebih penting dalam pengerjaan kayu modern adalah melihat kondisi pendingin udara dan panas yang memerlukan saluran udara antara lingkungan dan serat internal kayu. Semua sambungan kayu harus mengakomodasi perubahan ini dan memperhitungkan pergerakan yang dihasilkan. Setiap jenis kayu memiliki laju respirasi yang khas. Secara umum dapat dianggap, membutuhkan waktu suatu substrat untuk beradaptasi dengan sekitarnya, sekitar satu tahun per inci ketebalannya. Saat menyiapkan kayu gelondongan untuk penggunaan akhir pada furnitur atau struktur, perlu memperhitungkan ketidakteraturan pernapasan kayu, perubahan dimensi, serta retakan dan retakan.[2][3]
Kekuatan
suntingKayu lebih kuat bila tekanan diterapkan sepanjang arah serat (longitudinal) dibandingkan ketika tekanan diterapkan di seberang arah serat (radial dan tangensial). Kayu merupakan material komposit alami. Untaian paralel serat selulosa yang disatukan oleh penambat lignin. Rantai serat yang panjang itu membuat kayu sangat stabil menahan tekanan dan mendistribusikan beban ke sepanjang papan. Selain itu, terbukti dari fakta bahwa kayu relatif mudah terbelah searah seratnya, selulosa lebih keras dibandingkan lignin.
Jenis kayu yang berbeda mempunyai tingkat kekuatan yang mungkin berbeda dari satu sampel ke variasi lainnya.Tergantung pada jenis, panjang, kepadatan, dan orientasi rantai selulosa juga dapat bervariasi.
Stabilitas dimensi
suntingKayu mengembang dan menyusut sebagai tanggapan terhadap kelembapan, tetapi biasanya cenderung sedikit pada arah memanjang dibandingkan pada arah radial dan tangensial. Pohon yang merupakan trakeofit, memiliki jaringan kayu lignifikasi yang membawa sumber daya seperti air, mineral, dan produk fotosintesis ke atas dan ke bawah tanaman. Walaupun kayu dari pohon yang ditebang sudah tidak hidup lagi, tetapi jaringan ini tetap menyerap dan melepaskan air sehingga menyebabkan kayu mengembang dan menyusut sebagai respons terhadap perubahan kelembaban.[4] Bila stabilitas dimensi kayu amat penting, disarankan untuk menggunakan gergaji seperempat atau gergaji belah karena seragam pola seratnya dan tidak berpengaruh terhadap kelembapan.
Referensi
sunting- ^ Author, Mulyati, ST.,MT. "Bahan Ajar - Struktur Kayu" (PDF). Bahan Ajar - Struktur Kayu.
- ^ "Drying Wood at Home". The Wood Database. Diakses tanggal 13 Desember 2024.
- ^ "Why Do Timbers Split and Crack?". Carolina Timberworks. Diakses tanggal 13 Desember 2024.
- ^ "Wood Movement". Woodwork Details. Diakses tanggal 13 Desember 2024.