Ramayana sekang bahasa Sansekerta (रामायण) Rāmâyaṇa sing asalé sekang tembung Rāma lan Ayaṇa sing artiné "Perjalanan Rama", kuwe cerita epos sekang India sing digubah nang Walmiki (Valmiki) atawa Balmiki. Cerita epos liyané yaiku Mahabharata.

Lukisan bergaya Thailand sing menggambarkan suasana pertempuran antara Rama dengan Rawana
Artikel ini adalah bagian dari seri
Susastra Hindu
aum symbol
Veda
Rgveda · Yajurveda
Samaveda · Atharvaveda
Pembagian Veda
Samhita · Brahmana
Aranyaka  · Upanisad
Upanishad
Aitareya  · Bṛhadāraṇyaka
Īṣa  · Taittirīya · Chāndogya
Kena  · Muṇḍaka
Māṇḍūkya  ·Praśna
Śvetaśvatara
Wedangga
Śikshā · Chanda
Vyakarana · Nirukta
Jyotisha · Kalpa
Itihasa
Mahabharata · Ramayana
Susastra lainnya
Smrti · Purana
Bhagavad Gita · Sutra
Pancaratra · Tantra
Kumara Vyasa Bharata · Stotra
Hanuman Chalisa · Ramacharitamanas
Shikshapatri · Vachanamrut
Deleng uga
Mitologi
Kosmologi
Dewa-Dewi
Portal Hindu

Ramayana uga ana nang khazanah sastra Jawa mawi bentuk kakawin Ramayana, lan gubahan-gubahané dalam basa Jawa anyar sing ora kabeh ngetutna kakawin iki.

Nang basa Melayu uga ditemoni Hikayat Seri Rama sing isinya beda karo kakawin Ramayana nang basa Jawa kuna.

Nang India basa Sansekerta, Ramayana dibagi dadi pitu kitab atawa kanda yaiku:

  1. Balakanda
  2. Ayodhyakanda
  3. Aranyakanda
  4. Kiskindhakanda
  5. Sundarakanda
  6. Yuddhakanda
  7. Uttarakanda


Akeh sing berpendapat nek kanda pertama lan kepitu kuwe jane sisipan anyar. Nang basa Jawa Kuna, Uttarakanda uga ditemoni.

Pengaruh dalam budaya

sunting

Beberapa babak maupun adegan dalam Ramayana dituangkan ke dalam bentuk lukisan maupun pahatan dalam arsitektur bernuansa Hindu. Wiracarita Ramayana juga diangkat ke dalam budaya pewayangan di Nusantara, seperti misalnya di Jawa lan Bali. Selain itu di beberapa negara (seperti misalnya Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Philipina, lan lain-lain), Wiracarita Ramayana diangkat sebagai pertunjukan kesenian.

Daftar kitab

sunting

Wiracarita Ramayana terdiri sekang pitu kitab sing disebut Saptakanda. Urutan kitab menunjukkan kronologi peristiwa sing terjadi dalam Wiracarita Ramayana.

Nama kitab Keterangan
Balakanda Kitab Balakanda merupakan awal sekang kisah Ramayana. Kitab Balakanda menceritakan Prabu Dasarata sing memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, lan Sumitra. Prabu Dasarata nduwe putra papat, yaiku: Rama, Bharata, Lakshmana lan Satrughna. Kitab Balakanda uga nyritakna kisah Sang Rama sing berhasil menangna sayembara lan memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.
Ayodhyakanda Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita lan Lakshmana karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah itu, Prabu Dasarata sing sudah tua wafat. Bharata tidak ingin dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk kembali ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang Rama.
Aranyakanda Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, lan Lakshmana di tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering membantu para pertapa sing diganggu oleh para rakshasa. Kitab Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculik Rawana lan pertarungan antara Jatayu dengan Rawana.
Kiskindhakanda Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya sekang Subali, kakaknya. Dalam pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama lan Sugriwa bersekutu untuk menggempur Kerajaan Alengka.
Sundarakanda Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha sing membangun jembatan Situbanda sing menghubungkan India dengan Alengka. Hanuman sing menjadi duta Sang Rama pergi ke Alengka lan menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri lan membakar ibukota Alengka.
Yuddhakanda Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera Sang Rama dengan pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan usaha pasukan Sang Rama sing berhasil menyeberangi lautan lan mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir oleh Rawana karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan selamat ke Ayodhya bersama Dewi Sita.
Uttarakanda Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena Sang Rama mendengar desas-desus sekang rakyat sing sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki lan melahirkan Kusa lan Lawa. Kusa lan Lawa datang ke istana Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan Ramayana sing digubah oleh Rsi Walmiki.

Ringkasan Cerita

sunting
 
Rama mematahkan busur Dewa Siwa saat sayembara memperebutkan Dewi Sita

Prabu Dasarata sekang Ayodhya

sunting

Wiracarita Ramayana nyritakake lelakone Sang Rama sing marentah ing Kerajaan Kosala, saklore Sungai Gangga, ibukotane Ayodhya. Diwiwiti kanthi lelakone Prabu Dasarata sing kagungan permaisuri cacah telu, yaiku: Kosalya, Kekayi, lan Sumitra. sekang Dewi Kosalya, lahirlah Sang Rama. sekang Dewi Kekayi, lahirlah Sang Bharata. sekang Dewi Sumitra, lahirlah putera kembar, bernama Lakshmana lan Satrugna. Keempat pangeran tersebut sangat gagah lan mahir bersenjata.

Sawiji dina, Rsi Wiswamitra njaluk pitulungan Sang Rama kanggo melindungi pertapaan di tengah hutan sekang gangguan para rakshasa. Setelah berunding dengan Prabu Dasarata, Rsi Wiswamitra lan Sang Rama berangkat ke tengah hutan diiringi Sang Lakshmana. Selama perjalanannya, Sang Rama lan Lakshmana diberi ilmu kerohanian sekang Rsi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya membunuh para rakshasa sing mengganggu upacara para Rsi. Ketika mereka melewati Mithila, Sang Rama mengikuti sayembara sing diadakan Prabu Janaka. Ia berhasil memenangkan sayembara lan berhak meminang Dewi Sita, puteri Prabu Janaka. Dengan membawa Dewi Sita, Rama lan Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya.

Prabu Dasarata sing sudah tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas permohonan Dewi Kekayi, Sang Prabu dengan berat hati menyerahkan tahta kepada Bharata sedangkan Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Bharata menginginkan Rama sebagai penerus tahta, namun Rama menolak lan menginginkan hidup di hutan bersama istrinya lan Lakshmana. Akhirnya Bharata memerintah Kerajaan Kosala atas nama Sang Rama.

Rama urip nang alas

sunting

Dalam masa pengasingannya nang alas, Rama lan Lakshmana ketemu dengan berbagai rakshasa, termasuk Surpanaka. Karena Surpanaka bernafsu dengan Rama lan Lakshmana, hidungnya terluka oleh pedang Lakshmana. Surpanaka mengadu kepada Rawana bahwa ia dianiyaya. Rawana menjadi marah lan berniat membalas dendam. Ia menuju ke tempat Rama lan Lakshmana kemudian dengan tipu muslihat, ia menculik Sinta, istri Sang Rama. Dalam usaha penculikannya, Jatayu berusaha menolong namun tidak berhasil sehingga ia gugur.

Rama sing mengetahui istrinya diculik mencari Rawana ke Kerajaan Alengka atas petunjuk Jatayu. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sugriwa, Sang Raja Kiskindha. Atas bantuan Sang Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan sekang kekuasaan kakaknya, Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa bersekutu dengan Sang Rama untuk menggempur Alengka. Dengan dibantu Hanuman lan ribuan wanara, mereka menyeberangi lautan lan menggempur Alengka.

Rama menggempur Rawana

sunting

Rawana sing tahu kerajaannya diserbu, mengutus para sekutunya termasuk puteranya – Indrajit – untuk menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya) diabaikan lan ia malah diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajit melepas senjata nagapasa lan memperoleh kemenangan, namun tidak lama. Ia gugur di tangan Lakshmana. Setelah sekutu lan para patihnya gugur satu persatu, Rawana tampil ke muka lan pertarungan berlangsung sengit. Dengan senjata panah Brahmāstra sing sakti, Rawana gugur sebagai ksatria.

Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan kepada Wibisana. Sita kembali ke pangkuan Rama setelah kesuciannya diuji. Rama, Sita, lan Lakshmana pulang ke Ayodhya dengan selamat. Hanuman menyerahkan dirinya bulat-bulat untuk mengabdi kepada Rama. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut mereka dengan takzim lan menyerahkan tahta kepada Rama.

Kutipan sekang Kakawin Ramayana

sunting
Kutipan Terjemahan
Hana sira Ratu dibya rēngőn, praçāsta ring rāt, musuhnira praṇata, jaya paṇdhita, ringaji kabèh, Sang Daçaratha, nāma tā moli Ada seorang Raja besar, dengarkanlah. Terkenal di dunia, musuh baginda semua tunduk. Cukup mahir akan segala filsafat agama, Prabu Dasarata gelar Sri Baginda, tiada bandingannya
Sira ta Triwikrama pita, pinaka bapa, Bhaṭāra Wiṣḥnu mangjanma inakaning bhuwana kabèh, yatra dōnira nimittaning janma Beliau ayah Sang Triwikrama, maksudnya ayah Bhatara Wisnu sing sedang menjelma akan menyelamatkan dunia seluruhnya. Demikian tujuan Sang Hyang Wisnu menjelma menjadi manusia.
Hana rājya tulya kèndran, kakwèhan sang mahārddhika suçila, ringayodhyā subbhagêng rāt, yeka kadhatwannirang nṛpati Ada sebuah istana bagaikan surga, dipenuhi oleh orang-orang bijak serta luhur perbuatan, di Ayodhya-lah sing cukup terkenal di dunia, itulah istana Sri Baginda Prabu Dasarata
Malawas sirār papangguh, masneha lawan mahādewī, suraseng sanggama rinasan, alinggana cumabanā dinya Sudah lama Sri Baginda menikah, saling mencintai dengan para permaisurinya, kenikmatan rasa pertemuan itu telah dapat dirasakan, bercumbu rayu lan sejenisnya
Mahyun ta sira maputra, mānaka wetnyar waṛēg rikang wiçaya, malawas tan pānakatah, mahyun ta sirā gawe yajña Timbullah niat Sri Baginda agar berputra, agar berputra karena sudah puas bercinta, namun lama nian beliau tidak berputra, lalu beliau berniat mengadakan ritual
Sakalī kāraṇa ginawe, āwāhana len pratiṣṭa ānnidhya, Parameçwara hinangēnangēn, umungu ring kuṇḍa bahni maya Semua perlengkapan upacara sudah dikerjakan, alat upacara pengundang serta tempat para Dewa sudah tersedia, Bhatara Çiwa sing dipuja-Pūja, agar berstana pd api suci itu
Çeṣa mahārsī mamūjā, pūrnāhuti dibya pathya gandharasa, yata pinangan kinabehan, denira Dewi maharāja Sisa sesaji sing dihaturkan oleh Sang Maha Pendeta, sesajen sing sempurna, santapan sing nikmat rasa serta baunya, itulah sing disantap oleh beliau, permaisuri Sri Baginda Raja
Ndata tīta kāla lunghā, mānak tā Sang Daçarathā sih, Sang Rāma nak matuha, i sira mahādewī Kauçalya Demikianlah tidak diceritakan lagi selang waktu itu, para permaisuri kesayangan Prabu Dasarata melahirkan putera, Sang Rama putera sing sulung, sekang permaisuri Dewi Kosalya
Sang Kekayi makānak, Sang Bharatya kyāti çakti dibya guṇa, Dewi sirang Sumitrā, Laksmaṇa Çatrughna putranira Adapun putera Dewi Kekayi, Sang Bharata sing terkenal sakti mandraguna, sedangkan Dewi Sumitra, berputra Sang Lakshmana lan Sang Satrugna
Sang Rāma sira winarahan, ringastra de Sang Wasiṣṭa tar malawas, kalawan nantēnira tiga, prajñeng widya kabeh wihikan Sang Rama diberi pelajaran tentang panah memanah oleh Bagawan Wasista dalam waktu tidak lama, beserta ketiga adik-adiknya, semuanya pintar cekatan tentang ilmu memanah

Deleng uga

sunting

Referensi

sunting
  • Milner Rabb, Kate, National Epics, 1896 - See eText Project Gutenburg
  • Raghunathan, N. (Trans), Srimad Valmiki Ramayanam, Vighneswara Publishing House, Madras (1981)
  • A different Song - Article from "The Hindu" August 12, 2005 - [1]
  • Dr. Gauri Mahulikar Effect Of Ramayana On Various Cultures And Civilisations, Ramayan Institute
  • Goldman, Robert P., The Ramayana of Valmiki: An Epic of Ancient India Princeton University Press, 1999 ISBN 0-691-01485-X
  • S. S. N. Murthy, A note on the Ramayana, Jawaharlal Nehru University, New Delhi [2]
  • Arya, Ravi Prakash (ed.). Ramayana of Valmiki: Sanskrit Text and English Translation. (English translation according to M. N. Dutt, introduction by Dr. Ramashraya Sharma, 4-volume set) Parimal Publications: Delhi, 1998 ISBN 81-7110-156-9

Pranala jaba

sunting
Ramayana disusun menggunakan bahasa Sansekerta
Terjemahan (Inggris)
Informasi Online
Karya sing terinspirasi sekang Ramayana
Artikel Riset



  NODES
mac 1
Note 1
os 13
text 5