Bogor

kota di provinsi Jawa Barat, Indonesia
(Dilencongkan daripada Buitenzorg)
Untuk artikel kabupaten dengan nama sama, lihat Kabupaten Bogor.

Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Dulu Keluasannya ialah 21.56 km², sekarang meningkat jadi 118.5 km², dan jumlah penduduknya 1,064,687 orang (2016). Bogor dikenali dengan julukan kota hujan, kerana memiliki tadahan hujan yang sangat tinggi. Kota Bogor mempunyai 6 kecamatan, yang dibahagi lagi atas sejumlah 31 kelurahan dan 37 desa.

Kota Bogor
ᮊᮧᮒ ᮘᮧᮌᮧᮁ
Bogor
Transkripsi Lain
 • BelandaBuitenzorg
Clockwise from top: Istana Bogor, Kujang Monument, Bogor Botanical Garden
Bendera Kota Bogor
Jata Kota Bogor
Nama panggilan: Kota Hujan (City of Rain)
Cogan kata: Dinu kiwari ngancik nu bihari seja ayeuna sampeureun jaga
(Preserving the past, serving the people, and facing the future)
Lagu: Bogor kota indah sejuk nyaman (Bogor, beautiful, cold, comfortable city)
Location within Jawa Barat
Location within Jawa Barat
Ralat Lua pada baris 511 di Modul:Location_map: Tidak dapat cari takrifan peta lokasi yang ditentukan: "Modul:Peta lokasi/data/Indonesia_Java" tidak wujud.
Koordinat: 6°35′48″S 106°47′50″E / 6.5966°S 106.7972°E / -6.5966; 106.7972Koordinat: 6°35′48″S 106°47′50″E / 6.5966°S 106.7972°E / -6.5966; 106.7972
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
FoundedJune 3rd 1482
Other namesPakuan Pajajaran (1482−1746)
Buitenzorg (1746–1942)
Pentadbiran
 • MayorBima Arya (PAN)
 • Vice MayorDedie A. Rachim
Keluasan
 • Jumlah118.50 km2 (45.75 batu persegi)
Aras
265 m (869 ft)
Penduduk
 (2020)
 • Jumlah1,043,070
 • Kepadatan8,800/km2 (23,000/batu persegi)
DemonimBogorian/Bogorean
Orang Bogor (id)
Urang Bogor (su)
Demographics
 • Ethnic groupsSundanese
Javanese
Betawi
Batak
Tionghoa
Arab
 • ReligionIslam
Protestant
Katolik
Buddha
Hindu
Others
Zon waktuUTC+7 (WIB)
Poskod
16100 to 16169
Area code(+62) 251
Pendaftaran kenderaanF
Laman sesawangkotabogor.go.id

Hari jadi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor diperingati setiap 3 Jun, kerana apabila 3 Jun 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai raja dari Kerajaan Pajajaran.

Bogor telah lama dijadikan pusat pendidikan dan penelitian pertanian nasional. Di sinilah pelbagai lembaga dan balai-balai penelitian pertanian nasional berdiri. Institut Pertanian Bogor yang telah ada sejak awal abad ke-20 telah mengharumkan nama Bogor hingga ke luar negara.

Lokasi

sunting

Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 30’30”LS – 6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimum 190 meter, maksimum 350 meter dengan jarak dari ibu kota kurang lebih 60 km.

Kota Bogor mempunyai keluasan wilayah 118,5 km² dan mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan dataran, yaitu: Ci (Sungai) Liwung, Ci Sadane, Ci Pakancilan, Ci Depit, Ci Parigi, dan Ci Balok. Topografi yang demikian menjadikan Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir alami.

Kota Bogor bersempadan dengan kecamatan-kecamatan dari Kabupaten Bogor sebagai berikut:

Kota Bogor mempunyai ketinggian dari permukaan laut minimum 190 m dan maksimum 330 m disebut Kota Hujan dengan keadaan cuaca dan udara yang sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya adalah 26 °C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu terendah di Bogor adalah 21,8 °C, paling sering terjadi pada Bulan Disember dan Januari. Arah mata angin waktu-waktu ini dipengaruhi oleh angin monsun. Bulan Mei sampai Mac dipengaruhi angin Monsun Barat dengan arah mata angin 6% terhadap arah Barat.

Sejarah

sunting

Bogor ditelitikan dari sejarahnya adalah tempat berdirinya kerajaan pertama yang dikenal di Indonesia - Kerajaan Hindu Tarumanegara di abad ke-5. Beberapa kerajaan lainnya lalu memilih untuk bermukim ditempat yang sama kerana daerah pegunungannya yang secara meninggi membuat lokasi ini mudah untuk bertahan terhadap ancaman serangan dan pada saat yang sama adalah daerah yang subur.

Diantara prasasti-prasasti yang ditemukan di Bogor tentang kerajaan-kerajaan yang silam, salah satu prasasti tahun 1533, menceritakan kekuasaan Raja Prabu Surawasesa dari Kerajaan Pajajaran, salah satu kerajaan yang paling berpengaruh di pulau Jawa. Prasasti ini dipercayai memiliki kekuatan gaib, keramat dan dilestarikan hingga sekarang.

 
Gustaaf Willem van Imhoff (1742)

Pada tahun 1744, Gabenor Jeneral Gustaaf Willem baron van Imhoff terpesona akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat peristirahatan bagi Gabenor Jeneral.

Setahun kemudian, pada tahun 1745, Van Imhoff menggabungkan 9 dearah (Cisarua, Pondok Gede, Ciawi, Ciomas, Cijeruk, Sindang Barang, Balubur, Dramaga dan Kampung Baru) ke dalam satu pemerintahan yang disebut Regentschap Kampung Baru Buitenzorg. Di kawasan itu Van Imhoff kemudian membangun sebuah Istana Gabenor Jeneral. Dalam perkembangan berikutnya, nama Buitenzorg dipakai untuk menunjuk wilayah Puncak, Telaga Warna, Megamendung, Ciliwung, Muara Cihideung, Puncak Gunung Salak, dan Puncak Gunung Gede.

Sebagai stesen yang berlokasi di bukit yang penting pada masa penjajahan Belanda, kota Bogor pada abad ini berkembang sebagai daerah yang terdiri dari Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor. Pusat pusat perekonomian pun mulai bermunculan di sekitarnya. Nama Bogor diambil dari salah satu spesies palem. Dari kota ini dapat terlihat Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede.

Bandar kembar

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ "St.Louis-Bogor Sister Cities Organization". St. Louis Bogor Sister Cities Committee. 10 January 2007. Dicapai pada 30 June 2010. Cite has empty unknown parameter: |description= (bantuan); line feed character in |publisher= at position 31 (bantuan)
  2. ^ "Bogor — Shenzhen" (dalam bahasa Indonesian). Pemerintah Kota Bogor. 1 March 2007. Dicapai pada 30 June 2010. Unknown parameter |description= ignored (bantuan)CS1 maint: unrecognized language (link)
  3. ^ Sándor Nemes-Sipos. (10 August 2008). "Why Indonesia? Why not?". The Budapest Times. Dicapai pada 30 June 2010.

Pautan luar

sunting
  NODES