Maurits dari Nassau

Maurits van Oranje (Jerman: Moritz von Oranien; 14 November 1567 - 23 April 1625) adalah penguasa (stadtholder) keseluruhan Republik Belanda kecuali Friesland dari seawal 1585 hingga kematiannya pada tahun 1625. Beliau turut diberi nama Maurits van (dari) Nassau sebelum meninggalnya Putera Oranye dan juga kakanda tirinya, Filips Willem pada tahun 1618.

Maurits van Oranje
Prince of Orange
Dalam jawatan
20 February 1618 – 23 April 1625
Didahului olehPhilip William
Digantikan olehFrederick Henry
Stadtholder of Holland and Zeeland
Dalam jawatan
1 November 1585 – 23 April 1625
Didahului olehWilliam the Silent
Digantikan olehFrederick Henry
Stadtholder of Utrecht, Guelders and Overijssel
Dalam jawatan
1590 – 23 April 1625
Didahului olehAdolf van Nieuwenaar
Digantikan olehFrederick Henry
Stadtholder of Groningen
Dalam jawatan
1620 – 23 April 1625
Didahului olehWilliam Louis
Digantikan olehErnst Casimir
Maklumat peribadi
Lahir14 November 1567
Dillenburg, County of Nassau, Holy Roman Empire
Mati23 April 1625(1625-04-23) (umur 57)
The Hague, County of Holland, Dutch Republic
Tempat semadiNieuwe Kerk, Delft, Netherlands

Beliau menggantikan ayahnya, William sebagai stadtholder Holland dan Zeeland pada tahun 1585, sebelum mengambil kuasa Utrecht, Guelders dan Overijssel pada tahun 1590, serta Groningen pada tahun 1620. Beliau mengetuai suatu pemberontakan menentang Sepanyol yang berkesan melalui taktik perang yang penuh strategi sehingga berjaya mengusir orang-orang Sepanyol dari utara dan timur Republik.

Negara pulau Mauritius yang terletak di Lautan Hindi, dinamakan sempena tokoh ini oleh penjelajah Belanda yang menemukan pulau ini pada tahun 1598 sebelum nama tersebut dirasmikan para petempat Belanda pada tahun 1638.

Awal hidup

sunting

Maurice adalah putera dari William sang Pendiam dan Putri Anna dari Saxony. Beliau lahir di kastil Dillenburg. Beliau dinamai berdasarkan kakeknya (dari jalur ibu) Maurice of Saxony.

Maurice tidak pernah menikah. Namun, dirinya adalah ayah angkat dari Willem dari Nassau, Louis dari Nassau dan Anna van de Kelder.

Bersama dengan sepupunya Willem Lodewijk, Maurice berkuliah di Heidelberg lalu pindah ke Leiden bersama abangnya Filips Willem Putera Oranye tempat ia bertemu dengan Simon Stevin. Negara Holland dan Zeeland membiayai pendidikan Maurice, setelah ayahnya menghadapi kesulitan kewangan berikutan perbelanjaan hartanya menampung revolusi Belanda.

Willem dibunuh di Delft ketika Mauritzs berusia 16 tahun, Beliau lalu mengambil alih kekuasaan sebagai penguasa (Stadhouder). Monarki Inggris dan Prancis berminat untuk mengambil alih kekuasaan namun ditolakpihak Belanda; hal ini membuat Maurice menjadi satu-satunya calon yang dlihat sesuai menjadi Stadhouder. Akhirnya, dia menjadi penguasa Holland dan Zeeland pada tahun 1585, penguasa Guelders, Overijssel dan Utrecht pada tahun 1590 dan penguasa Groningen dan Drenthe pada tahun 1620 (setelah kematian Willem Lodewijk, yang menjadi penguasa disana dan di Friesland).

Maurice menjadi Putera Oranye setelah kakaknya Philip William, Putera Oranye, meninggal pada tahun 1618. Dia ditunjuk sebagai jenderal angkatan darat pada tahun 1587, setelah Earl of Leicester, kembali ke Britain.

Pemerintahan

sunting

Kerjaya ketenteraan

sunting

Maurice mengorganisasi pemberontakan melawan Sepanyol menjadi masuk akal, hingga sukses. Dia mengatur kembali angkatan darat Belanda bersama dengan Willem Lodewijk. Beliau belajar sejarah tentang militer, ilmu strategi perang, matematika dan astronomi, dan membuktikan bahwa dirinya adalah ahli strategi terbaik pada masanya. Perang Delapan Puluh Tahun menjadi media pembuktiannya. Beliau berhasil melumpuhkan dan mengambil alih beberapa pos jaga (outpost) milik Sepanyol. Dengan nasihat perang dari Simon Stevin, ia dapat mengambil alih beberapa benteng dan kota penting dalam serangan selanjutnya seperti Breda pada tahun 1590, Steenwijk pada tahun 1592, dan Geertruidenberg pada tahun 1593. Kemenangan ini memperluas wilayah Republik Belanda, memperkuat revolusi dan mengembangkan negara di wilayah yang aman (secure border). Maurice dianggap sebagai jenderal terkemuka pada masanya. Banyak jenderal hebat pada generasi-generasi selanjutnya, termasuk saudaranya, Frederick Henry. Namun, keahliannya ini mengilhami para komandan perang sipil Britain, di mana mereka mempelajari keahliannya tentang perang.

Kemenanganya pada pertempuran pasukan berkuda di Turnhout (1597) dan di Nieuwpoort (1600) membuatnya meraih kejayaan dan pengakuan di seantero Eropa.

Sebagai bagian dari usahanya untuk mencari aliansi untuk melawan Sepanyol, Maurice menerima utusan dari Maghribi bernma, Al-Hajari; kedua-dua mereka membicarakan tentang kemungkinan aliansi antara Belanda, kerajaan Uthmaniyah, Maghribi dan pihak Morisco melawan Sepanyol.[1][2] Laporan Al-Hajari menyebutkan perbincangan detail mengenai kombinasi penyerangan terhadap Sepanyol.[3]

Hubungan dalam pentadbirannya

sunting

Maurice pada awalnya memiliki hubungan yang baik pada Landsadvocaat (Land's Advocate, seperti Sekretaris Negara) Johan van Oldenbarnevelt. Tetapi tiba-tiba ketegangan muncul di antara keduanya. Van Oldenbarnevelt mengabaikan nasihat Maurice dan memutuskan untuk menandatangani perjanjian damai dua belas tahun (1609–1621) dengan Sepanyol yang berisi kesepakatan bahwa pihak Belanda meminta sejumlah dana untuk membiayai angatan darat dan angkatan lautnya.

Bersamaan dengan konflik antara penganut Gomaris (Calvinis) dan Arminianis, ketegangan di antara Maurice dan Van Oldenbarnevelt mencapai puncaknya. Van Oldenbarnevelt ditangkap, diadili dan dihukum mati. Dari 1618 hingga kematiannya, Maurice menikmati kekuasaanya tanpa pesaing pada Republik Belanda.

Senja hidup

sunting

Maurice mendesak saudaranya, Frederick Henry untuk menikah untuk mempertahankan dinasti. Pada tahun 1621 perang kembali bergejolak. Setelah lewat 12 tahun perjanjian damai, Sepanyol, yang dipimpin Ambrogio Spinola, melakukan pengepungan pada kota Breda.

Maurice meninggal pada 23 April 1625, saat pengepungan masih berjalan. Justin dari Nassau menyerahkan Breda pada Juni 1625 setelah pengepungan selama sebelas bulan.

Leluhur

sunting

Rujukan

sunting


Bacaan lanjut

sunting
  • Parker, Geoffrey (2007). "The Limits to Revolutions in Military Affairs: Maurice of Nassau, the Battle of Nieuwpoort (1600), and the Legacy". Journal of Military History. 71 (2): 331–372.
  • Herbert H., Rowen (1988). The Princes of Orange: the Stadholders in the Dutch Republic. Cambridge and New York: Cambridge University Press. ISBN 0521345251.
  • John Lothrop Motley, "History of the United Netherlands from the Death of William the Silent to the Synod of Dort". London: John Murray, 1860.
  • John Lothrop Motley, "The Life and Death of John of Barenvelt". New York & London: Harper and Brothers Publishing, 1900.
  • Petrus Johannes Blok, "History of the people of the Netherlands". New York: G. P. Putnam's sons, 1898.
  NODES